17 Tahun Sumarsih Berjuang Kawal Kematian Anaknya di Aksi Kamisan

Maria Katarina Sumarsih terus memperjuangan keadilan selama 17 tahun atas tewasnya anaknya di tragedi Semanggi di acara Aksi Kamisan (amnesty internasional indonesia)

INDONESIAONLINE – Apresiasi tinggi tentunya patut disampirkan kepada Maria Katarina Sumarsih. Tujuh belas tahun sudah Sumarsih berjuang untuk mendapatkan keadilan atas kematian putranya Bernardius Realino Norma Irmawan alias Wawan yang tewas dalam tragedi Semanggi I 199.

Sumarsih berjuang melalui aksi Kamisan yang digelar di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, sejak 18 Januari 2007 hingga 2024,

Sepanjang Aksi Kamisan, Sumarsih menuntut Presiden Jokowi agar menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat.

Konsistensi perjuangan untuk mencari keadilan bagi anaknya membuat nama Sumarsih hingga Jumat (19/1/2024) sore, menjadi trending di media sosial platform X. Banyak warganet yang membahas perjuangan Sumarsih demi putra tercintanya dalam Aksi Kamisan. Lantas siapa sosok Sumarsih?

Sosok Sumarsih

Melansir komnasham.go.id, Sumarsih adalah ibu dari Benardinus Realino Norma Irawan atau Wawan. Dia adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta dan menjadi satu dari 17 korban tragedi Semanggi I.

Meski berusia 71 tahun, namun masih kekal diingatan Sumarsih tentang peluru yang berada di dada putranya pada 13 November 1998.

Kala itu, Wawan bersama Tim Relawan hadir untuk kemanusiaan membantu mahasiswa yang tewas dan terluka akibat melakukan aksi menolak Sidang Istimewa MPR. Wawan menghembuskan napas terakhir di sela-sela aktivitas kemanusiaannya di halaman Universitas Atmajaya.

Hingga saat ini, Sumarsih masih menuntut keadilan atas hilangnya nyawa sang buah hati. Oleh karenanya kini ia terus menjadi pelopor dan penggerak untuk mengadakan Aksi Kamisan agar mendapatkan keadilan dari presiden.

Menurut Sumarsih, demokrasi di Indonesia dapat dikatakan berjalan dengan baik, apabila pelanggaran HAM berat telah terselesaikan dengan tuntas.

Berkat perjuangan membela keadilan untuk menguak pelanggaran HAM berat, Sumarsih mendapatkan penghargaan Yap Thiam Hien Award 2004 di Musem Nasional, Jakarta.

Menurut Ketua Dewan Juri Yap Thiam Hien Award, Asmara Nababan, Sumarsih dinilai layak menerima penghargaan lantaran menjadi sosok yang berhasil mengatasi kesedihan menjadi kesadaran terkait nilai kemanusiaan.

Sumarsih mengaku tidak pantas menerima penghargaan tersebut sehingga diberikan untuk Wawan, anaknya. Sumarsih menegaskan akan tetap berjuang agar pelaku penembakan anaknya dibawa ke pengadilan. Sebagai aksi dari perjuangannya dalam menegakkan HAM, Sumarsih bersama keluarga korban lainnya tidak pernah absen Aksi Kamisan.

Sebagaimana diketahui, Aksi Kamisan, (18/1/2024) kemarin telah dilaksanakan tanpa henti selama 17 tahun lamanya. Ada ratusan orang yang turut serta dalam Aksi Kamisan tersebut. Mereka berpakaian dan berpayung serba hitam berdiri di depan Istana Negara menuntut penuntasan kasus pelanggaran HAM masa lalu.

Dalam momen itu, massa Aksi Kamisan menggelar aksi diam selama 30 menit. Ada yang menutup mata sambil memegang payung hitam. Ada juga berdiri di baris terdepan membawa papan berisi ringkasan peristiwa pelanggaran HAM masa lalu. Di antaranya Tragedi Tanjung Priok (1989), Tragedi Mei (1998), dan penghilangan orang secara paksa (1997-1998).

Selain itu, Aksi Kamisan juga menunjukkan foto tokoh-tokoh terduga pelaku pelanggaran HAM berat. Salah satunya adalah potret Prabowo Subianto yang saat ini tengah mencalonkan diri sebagai capres 2024 (bn/dnv).

Aksi Kamisanmaria katarina sumarsihprofil sumarsih