INDONESIAONLINE – Kota Aleppo kembali menjadi medan pertempuran sengit. Serangan besar-besaran Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pada Sabtu malam (30/11) menandai eskalasi konflik Suriah yang paling signifikan sejak 2016, menewaskan puluhan tentara Suriah dan mengguncang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang telah menguasai kota tersebut sejak saat itu.
HTS, kelompok yang ditunjuk sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Rusia, dan Turki, melancarkan serangan besar-besaran, berhasil menduduki sebagian wilayah Aleppo, termasuk bandara kota. Militer Suriah merespon dengan pengerahan kembali pasukan untuk memperkuat pertahanan.
Eskalasi konflik ini memicu reaksi keras dari sekutu utama Assad. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, akan berangkat ke Damaskus pada Minggu (1/12) untuk menyampaikan dukungan penuh Teheran kepada pemerintah dan angkatan bersenjata Suriah.
“Saya akan ke Damaskus untuk menyampaikan pesan Republik Islam kepada pemerintah Suriah. Teheran akan mendukung penuh pemerintah dan tentara Suriah,” kata Araghchi, seperti dilaporkan kantor berita negara IRNA dan dikutip AFP.
Iran menegaskan kembali bahwa mereka hanya memiliki penasihat militer di Suriah, bukan pasukan tempur. Araghchi menuding Amerika Serikat dan Israel berada di balik serangan HTS.
Sementara itu, Rusia, sekutu utama Assad lainnya, mengumumkan serangan udara terhadap posisi-posisi HTS di Aleppo dan Idlib. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menewaskan 300 pejuang HTS dan menargetkan pos komando, depot senjata, dan artileri.
Namun, serangan udara tersebut juga menimbulkan korban sipil. Pertahanan Sipil Suriah melaporkan empat warga sipil tewas dan enam lainnya luka-luka akibat serangan udara di Idlib.
Warga Sipil Kembali Menjadi Korban
Situasi di Aleppo menimbulkan trauma bagi warga sipil yang sebelumnya telah menderita akibat perang bertahun-tahun. “Saya putra Aleppo. Delapan tahun lalu saya terpaksa mengungsi. Kini, alhamdulillah, kami kembali,” ujar seorang warga Aleppo di dekat benteng bersejarah kota tersebut, seperti dikutip Reuters, menggambarkan kekhawatiran akan berulangnya penderitaan masa lalu.
Pertempuran di Aleppo menandai babak baru konflik Suriah yang panjang dan kompleks, dengan dukungan internasional yang semakin memperumit jalan menuju resolusi damai. Nasib warga sipil di tengah pertempuran sengit ini menjadi perhatian utama dunia internasional (ina/dnv).