Bambu dan Kubis Jadi Energi Alternatif di Tangan Alumnus ITN Malang Ini

Bio briket dari bambu dan kubis yang dihasilkan alumnus ITN Malang. (foto: soofiyah/dok pribadi)

INDONESIAONLINE – Bertambah lagi penemuan inovatif yang menghasilkan briket. Kali ini, inovasi tersebut datang dari alumnus ITN Malang.

Seperti diketahui, briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Selama ini, briket kebanyakan terbuat dari batok kelapa, sekam padi, arang sekam, serbuk kayu, ataupun bongkol jagung.

Namun, di tangan Soofiyah Dhiya Ulhaq  alumnus Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini, batang bambu dan limbah kubis disulap menjadi bio briket.

Penelitian Soofiyah diawali dengan pengamatan akan pengolahan limbah kubis yang kurang optimal di Kota Batu. Pengolahan limbah  kubis yang belum optimal ini kemudian justru menjadi persoalan lingkungan.

Maka dari itu, lulusan ITN ini kemudian berinovasi memanfaatkan limbah kubis yang dipadukan dengan bahan lain untuk dijadikan bio briket.

Dipilihnya kubis menjadi salah satu bahan campuran tentunya terdapat faktor yang melatarbelakangi. Kubis memiliki kandungan air yang rendah dan juga memiliki serat. Kandungan selulosa ini kemudian berpotensi untuk diolah menjadi sebuah briket dipadukan  dengan bambu. Sementara pada bambu sendiri, terdapat kandungan selulosa 42,4 persen dan lignin muali dari 19,8 persen.

Menggunakan metode karbonisasi dalam pembuatan briket, Soofiyah mencoba melakukan pencampuran kedua bahan tersebut. Sampai akhirnya, Soofiyah menemukan formula terbaik dari paduan dua bahan itu menjadi sebuah briket.

Hasil penelitiannya, nilai kalor tertinggi terdapat pada campuran bambu 80 persen dan kubis 20 persen. Dari hasil kuat tekan, nilai kalor, kadar air, kadar abu, volantille matter, laju pembakaran, dan kadar karbon telah memenuhi standar SNI bio briket (SNI 01-6235- 2000).

“Kandungan selulosa bambu itu punya nilai komposisi terbesar yang berkontribusi pada laju pembakaran yang baik,” jelas Soofiyah.

Teknis pembuatannya, bambu dan kubis dipotong dengan ukuran yang sangat kecil untuk kemudian dikeringkan. Setelah itu, dilakukan pengarangan atau karbonisasi.

Setelah itu, arang kedua bahan tersebut dijadikan material yang halus. Penghalusan ini dapat menggunakan beberapa macam cara, bisa dilakukan dengan blender ataupun menumbuknya sampai halus.

Setelah menjadi bahan halus, kedua bahan tersebut dicampurkan sesuai dengan takaran penelitian. Namun sebelum itu,  ditambahkan tepung tapioka untuk merekatkan campuran bahan. Dari sini, kemudian dapat dilakukan pencetakan briket.

Dijelaskan Soofiyah, bio briket ini dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Briket ini pun sangat aman dan ramah lingkungan. Dalam proses pembakarannya, juga tidak menimbulkan asap, jelaga ataupun bau menyengat yang mengganggu. (as/hel)

Bambubio briketbriketEnergi alternatifITN Malangkubis