Diskusi Terbuka Penyelesaian Permasalahan Pertambangan Lumajang, Polres Lumajang Hadirkan Narasumber Akademisi dan PVMBG

INDONESIAONLINEPolres Lumajang menggelar forum diskusi terbuka dengan tema Penyelesaian Permasalahan Pertambangan di Desa Sumberwuluh Kecamatan Candipuro, Kamis (11/8/22) bertempat di Galaxy Klapan Hall Lumajang. Selain dihadiri seluruh Forkopimda , perwakilan masyarakat Sumberwuluh, salah satu pemilik tambang , diskusi ini juga menghadirkan nara sumber dari akademisi yakni Kepala Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Dr. Dwa Desa Warnana S.Si., M.Si., dan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Kapolres Lumajang AKBP Dewa Putu Eka D, S.I.K., M.H., menyebutkan bahwa diskusi tersebut bertujuan untuk mengurai masalah tambang pasir yang isunya karena human error dan seolah tidak ditanggapi oleh pemerintah.  

“Pesan saya, kita harus diskusi bersama, dengan kepala dingin, damai jangan mengungkit luka. Kami tidak membela salah satu pihak. Ayo kita urai agar tidak terkesan sepertinya warga Sumberwuluh semuanya demo. Saya juga mengundang LBH Damar yang mengatasnamakan warga Sumberwuluh, namun tidak bisa hadir karena sudah membuat laporan masalah tersebut ke Polda jatim,” ujar Kapolres Dewa Putu saat membuka acara tersebut.

Kapolres juga menyinggung ada warga yang demo ke Istana Negara dan lapor ke Polda Jatim yang sampai sekarang sedang berproses. Acara diskusi ini menurut Dewa Putu tidak mempengaruhi laporan warga ke Polda tersebut. Ini menurutnya hanya untuk mengurai agar tidak berlarut isu soal tenggelamnya dua dusun yakni Dusun Kamarkajang dan Dusun Renteng di Kecamatan Candipuro akibat pertambangan. 

“Dari kajian kebencanaan dan akademisi, agar semua pihak terbuka wawasannya, bukan untuk mempengaruhi hasil yang di Polda,”tegasnya.

Dewa Putu sendiri mengaku bahwa saat peristiwa bencana erupsi Gunung Semeru pada tanggal 4 Desember lalu, dirinya masih menjabat sebagai Kapolres Madiun. Namun tanggal 27 Desember 2021 ia sempat ke Lumajang karena seluruh kapolres diperintah untuk menyaksikan mitigasi bencana di Lumajang yang dinilai terbaik.   

Hal yang sama diungkap Bupati Lumajang Thoriqul Haq, menurut Bupati yang akrab dipanggil dnegan sebutan Cak Thoriq ini, narasumber yang dihadirkan akan mengungkap seobyektif mungkin masalah dampak bencana berdasarkan argumentasi berbasis akademik.

“Kita tahu meskipun banyak truk yang hanyut dan terendam namun tidak membuat kapoknya para penambang. Itu dianggap sebagai risiko bagian dari bencana. Hari ini kita menjadi pelaku sejarah. Kalau ini tidak tuntas maka ada cerita turun menurun yang tidak usai. Kalau ini memang human error, maka kita ungkap bersama, demikian juga sebaliknya,” tutur Cak thoriq.

Dalam pengungkapan jika memang ada unsur human error dalam peristiwa tenggelamya Kampung Renteng dan Kamarkajang maka harus ada yang bertanggung jawab. Seperti bencana Lapindo yang mana ada pihak yang diwajibkan bertanggungjawab atas peristiwa tersebut.

“Semua harus diuji, data difaktualisasikan. Diungkap dengan dengan benar,” ujarnya. Cak thoriq kemudian bercerita tentang upaya relokasi yang ditentang dan ternyata yang menentang pun sekarang sudah ikut menjadi penghuni relokasi.

“Meskipun demo atau menentang , namun mereka adalah warga terdampak yang tetap harus kita perhatikan dan kita berikan hak haknya. Semua warga terdampak tinggal masuk rumah karena semua sudah dicukupi, mulai dari kebutuhan air, listrik, sanitasi dan perabotan rumah tangga sudah siap,” terangnya.

Paparan Narasumber, Bencana Di Luar Kuasa Manusia

Dalam diskusi ini juga diawali dengan pemaparan dari narasumber, untuk narasumber dari PVMBG memaparkan soal zona dampak bencana. Disebutan bahwa pada bencana erupsi Gunung Semeru lalu, ada 6 juta meter kubik material panas yang meuluncur hingga mencapai 16 Km. Material tersebut meluncur dengan kecepatan 200 kilometer perjam sehingga banyak korban jiwa yang tidak bisa menyelamatkan diri.  

Disebutkan bahwa saat ini yang aman adalah wilayah utara Gunung Semeru ,seperti RanuPane, Senduro dan sekitarnya. Karena wilayah ini terhalang oleh tembok material dan sobekan bibir kawah Jonggring Saloka lebih mengarah ke Tenggara.

“Konsentrasi jangan hanya di Curah Kobokan, tetapi wilayah Selatan juga harus diwaspadai. Dari pemodelan simulasi di komputer dan inspeksi lapangan, ada beberapa daerah zona merah yang perlu mendapat perhatian seperti di daerah Supiturang, Oro Oro Ombo, Sumberwuluh dan Sumberurip,” ujar narasumber dari PVMBG.

Valume dan kecepatan semburan material inilah yang menurut narasumber hingga membuat lahar meluber kemana-mana, hingga menerpa beberapa wilayah sekitar aliran landaan material bencana. Disebutkan bahwa beberapa wilayah terdampak bencana sebenarnya adalah masuk zona merah yang tentunya sangat berbahaya untuk dihuni manusia.

Hal senada juga diungkap narasumber akademisi yakni Kepala Departemen Teknik Geofisika, Dr. Dwa Desa Warnana S.Si., M.Si., yang menyebutkan bahwa material Gunung Semeru dengan suhu panas 6000 derajat dan kecepatan seperti itu maka tidak akan ada yang mampu menghalangi termasuk jika ada tanggul buatan.