INDONESIAONLINE – Nama Shamima Begum, wanita yang pernah menjadi ‘pengantin ISIS’, kini kembali menjadi perhatian. Dikabarkan bahwa setelah menyadari kesalahannya, Shamima memohon untuk balik ke negara asalnya, Inggris. 

Bahkan, kini penampilan Shamima juga menjadi sorotan karena berbeda dari sebelumnya. Dulu dia berpakaian serba hitam dan tertutup.  Kini dia memutuskan untuk melepas hijab dan tampil seperti sebelum ‘hijrah’. 

Shamima yang bergabung dengan ISIS pada 2015  saat ini masih berada di Suriah karena belum diterima kembali oleh Inggris. 

Meski sudah membuat permohonan, Shamima tampaknya pasrah pada keadaan. Wanita 22 tahun itu mengaku akan menerima jika akhirnya akan tinggal di Suriah selamanya.

“Itu yang aku rasakan dan sepertinya itu akan terjadi. Aku ingin menjadi orang Inggris lagi secepatnya. Masalahnya, remaja  adalah masa di mana kamu sangat arogan dan tidak mendengarkan kata orang. Jadi, kadang kamu harus mendapat pelajaran dengan keras,” ujar Shamima saat diwawancara pembuat film Andrew Drury dan Richard Ashmore.

Baca Juga  PBB Bakal Hentikan Bantuan Kemanusiaan ke Gaza jika Tak Ada BBM

Shamima lantas mengatakan ingin orang-orang, terutama anak muda, untuk menjadikan pengalamannya ini sebagai pelajaran.  “Jika itu bisa mencegah anak-anak melakukan kesalahan sama yang aku lakukan, tentu gunakan aku sebagai contohnya. Bilang pada mereka, ‘jangan seperti dia (Shamina), jangan jadi seperti dia'” kata Shamima. 

Wanita yang pernah menikah dan melahirkan selama di Suriah itu kini diketahui berada di penjara untuk wanita-wanita yang berusaha dideradikalisasi. Di sana Shamina tak lagi pakai hijab dan lebih sering terlihat dengan kaus, legging, dan kacamata hitam.

Bahkan, dia meminta dikirimi baju-baju dari Department Store Primark untuk dipakai di Suriah. Tapi tidak diketahui apakah permintaan itu akan dikabulkan.

Baca Juga  Rencana Pertemuan Kim Jong un-Putin: Bahas Pasokan Senjata dan Kerjasama Militer

Sebelumnya Shamima Begum telah memohon maaf kepada warga Inggris atas kesalahannya. Wanita yang mengaku pernah menjahit rompi untuk bom bunuh diri itu meminta agar bisa diterima kembali di negara asalnya. Ia juga menawarkan diri menjadi aset pemerintah untuk bantuan memerangi terorisme.

“Aku datang ke Suriah bukan untuk alasan-alasan kekerasan. Saat itu aku tidak tahu ISIS adalah kultus kematian. Aku pikir aku bergabung dengan komunitas Islami. Aku diberi informasi yang salah oleh orang di internet,” lanjut Shamima.