Beranda

Jembatan Lama Kediri Darurat Sampah: Struktur Cagar Budaya 156 Tahun Terancam

Jembatan Lama Kediri Darurat Sampah: Struktur Cagar Budaya 156 Tahun Terancam
Pembersihan sampah di jembatan Lama Sungai Brantas, ikon cagar budaya Kota Kediri yang telah berdiri kokoh selama 156 tahun (jtn/io)

INDONESIAONLINE – Ancaman serius membayangi Jembatan Lama Sungai Brantas, ikon cagar budaya Kota Kediri yang telah berdiri kokoh selama 156 tahun. Tumpukan sampah masif, didominasi bambu dan ranting yang tersangkut di pilar-pilar jembatan mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri menggelar aksi pembersihan darurat pada Senin (20/5/2024).

Langkah cepat ini diambil untuk mencegah kerusakan struktural pada mahakarya bersejarah tersebut akibat beban berat dan tekanan arus sungai yang deras.

Keberadaan “gunungan” sampah ini, yang terbawa arus deras Sungai Brantas, bukan hanya merusak estetika tetapi juga berpotensi fatal bagi kelestarian jembatan peninggalan era kolonial tersebut. Sekretaris Daerah Kota Kediri, Bagus Alit, menegaskan urgensi tindakan ini.

“Ini adalah upaya krusial untuk membersihkan. Jika dibiarkan, sampah ini akan signifikan mempengaruhi umur teknis jembatan,” ujar Bagus Alit.

“Arus sungai yang deras membawa banyak sampah, terutama rumpun bambu yang hanyut dan menyangkut. Tanpa pengangkatan segera, beban pada struktur jembatan akan sangat besar,” lanjutnya.

Bagus menambahkan, intensitas hujan yang tinggi belakangan ini memperbesar volume sampah kiriman dari wilayah hulu. Oleh karena itu, Pemkot Kediri berkomitmen untuk melakukan pembersihan secara periodik.

Namun, ia juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran kolektif. “Partisipasi aktif masyarakat sangat vital, terutama untuk tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air, baik itu sungai maupun selokan,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Kediri, Joko Arianto, menjelaskan bahwa operasi pembersihan ini merupakan respons cepat atas laporan masyarakat dan hasil pantauan lapangan timnya.

“Jembatan Lama ini usianya sudah 156 tahun, dan statusnya adalah cagar budaya. Merawatnya adalah kewajiban kita bersama. Akumulasi sampah yang terus bertambah akan meningkatkan beban secara eksponensial, ini jelas berisiko terhadap integritas struktur jembatan,” papar Joko.

Ia merinci, sampah yang mendominasi adalah material organik seperti ranting pohon, kayu, dan bambu. Mengingat debit Sungai Brantas yang masih tinggi, tim gabungan Pemkot Kediri—terdiri dari BPBD, DPUPR, DLHKP—bersinergi dengan Jasa Tirta dan instansi terkait lainnya. Proses pembersihan dilakukan dengan pengawasan ketat dan prioritas utama pada keselamatan personel.

“Pembersihan akan kami agendakan secara rutin dan berkala untuk menjaga eksistensi jembatan ini sebagai warisan budaya tak ternilai, apalagi mengingat curah hujan yang diprediksi masih cukup tinggi,” tambah Joko.

Lebih lanjut, Joko Arianto juga menyampaikan keprihatinannya terkait temuan limbah rumah tangga seperti kasur dan bantal di aliran sungai.

“Sampah domestik semacam itu sangat berpotensi menyumbat saluran air dan memicu banjir. Kami juga mengimbau masyarakat untuk tidak berteduh di bawah pohon besar saat hujan deras demi keselamatan jiwa,” tutupnya (eas/dnv).

Exit mobile version