Beranda

Mendes PDT Bidik Pasar Ekspor, Ribuan Hektare Jeruk Malang Siap Diubah Jadi Produk Inovatif

Mendes PDT Bidik Pasar Ekspor, Ribuan Hektare Jeruk Malang Siap Diubah Jadi Produk Inovatif
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto saat panen jeruk di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang (jtn/io)

Atasi anjloknya harga, Mendes PDT Yandri Susanto dorong hilirisasi jeruk di Kabupaten Malang. Potensi ribuan hektare siap diolah menjadi produk inovatif bernilai ekspor seperti tepung jeruk demi kesejahteraan desa.

INDONESIAONLINE – Potensi ribuan hektare kebun jeruk di Kabupaten Malang yang kerap berhadapan dengan anjloknya harga saat panen raya, kini mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto, menggagas program hilirisasi masif untuk mengubah jeruk segar menjadi produk bernilai tambah yang siap menembus pasar ekspor.

Gagasan ini dilontarkan setelah Yandri menyaksikan langsung melimpahnya hasil panen di Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jumat (27/6/2025). Menurutnya, melimpahnya produksi sering kali tidak diimbangi dengan daya serap pasar, yang berujung pada buah busuk dan harga jual yang jatuh.

“Kalau hasil panen sedang jumlah besar, harganya turun. Jika hasil pertanian jeruk sampai banyak sekali, solusinya bisa dibuat tepung jeruk dan butiran jeruk. Termasuk dibantu pemasarannya,” tegas Yandri.

Inovasi produk seperti tepung jeruk diyakini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memperluas pemasaran dan menstabilkan pendapatan petani. Pemerintah pusat siap memfasilitasi kajian mendalam untuk menyandingkan potensi pertanian desa dengan kebutuhan industri modern.

Kabupaten Malang sendiri memiliki lahan pertanian jeruk seluas lebih dari 5.000 hektare. Khusus di Desa Kucur, lahan seluas 400 hektare yang dikelola oleh BUMDes Mitra Sejati mampu menghasilkan jeruk berkualitas ekspor dari berbagai varietas, seperti Keprok 55, Baby Iris, hingga Siem Madu.

“Perlu dikaji mendalam, baik ketersediaan jeruk maupun hadirnya industri. Saya sudah dapat bayangan dan tadi berkomitmen bersama untuk tujuan kesejahteraan di desa,” tambah Yandri.

Untuk merealisasikan target ekspor, Yandri mengaku telah menjalin komunikasi dengan berbagai pihak di dalam dan luar negeri. Salah satu skema yang akan dijajaki adalah kerja sama simbiosis mutualisme dengan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Di sisi lain, Kepala Desa Kucur, Abdul Karim, menyambut baik dorongan tersebut. Ia memaparkan bahwa pada panen raya pertama saja, BUMDes Mitra Sejati berhasil meraup omzet sekitar Rp 103 juta dari 5,5 ton jeruk. Namun, ia mengakui adanya kendala klasik.

“Kami juga sampaikan bahwa kesulitan pemasaran dan membutuhkan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air guna mendukung pertanian jeruk di Desa Kucur,” ujar Karim.

Selain hilirisasi, Yandri juga melihat potensi Desa Kucur sebagai penyuplai buah untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan datang, dengan skema kerja sama antar-desa. Dengan langkah-langkah strategis ini, jeruk Malang diharapkan tidak hanya berhenti sebagai buah segar, tetapi menjelma menjadi komoditas unggulan yang menyejahterakan (pl/dnv).

Exit mobile version