INDONESIAONLINE – Universitas Brawijaya (UB) kembali melakukan pengukuhan guru besar. Dua guru besar baru tersebut adalah Prof. Dr. Astrid Puspaningrum dan Prof. Dr. Dra. Catur Retnaningdyah. Pelantikan akan dilaksanakan pada Sabtu (26/2/2022).

Prof. Astrid merupakan guru besar aktif ke-20 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), guru besar aktif ke-162 di Universitas Brawijaya (UB), dan guru besar ke-287 dari seluruh guru besar yang pernah dihasilkan UB.

Sedangkan Prof. Catur merupakan guru besar aktif ke-26 dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), guru besar aktif ke-163 di Universitas Brawijaya, dan guru besar ke-288 dari seluruh guru besar yang pernah dihasilkan UB.

Dalam orasi ilmiah yang akan disampaikan, Prof Astri akan membahas tentang Kreativitas Wirausaha untuk Membangun Keunggulan Kompetitif dan Meningkatkan Kinerja Pemasaran.

Ia melihat permasalahan yang terjadi sejak ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) resmi dirilis pada 1 Januari 2010, sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Indonesia akan menghadapi ancaman serius, yaitu proses deindustrialisasi.

Ketidakmampuan produk Indonesia untuk bersaing di era ACFTA akan mengakibatkan penutupan unit usaha. Pelaku UMKM tidak lagi sebagai produsen, tetapi hanya sebagai penjualan barang yang diproduksi oleh negara pengimpor lain.

Melihat ketidakmampuan produk Indonesia bersaing di era ACFTA, UMKM di Indonesia perlu membangun daya saing. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang adalah pendekatan berbasis resources-based view (RBV). Melalui RBV, organisasi dapat membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui penggunaan sumber daya berupa keuangan, manusia, fasilitas fisik, dan aset tidak berwujud (pengetahuan).

Kreativitas wirausaha yang disampaikan oleh Astrid merupakan model yang dikembangkan dari kreativitas wirausaha dan jejaring wirausaha sehingga akan menciptakan keunggulan bersaing. UMKM kemudian mampu menghasilkan kinerja pemasaran yang baik sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja secara keseluruhan yang dilakukan.

“Kelebihan kreativitas wirausaha jika diamalkan, maka daya saing dapat tercapai dan kinerja pemasaran akan meningkat,” jelasnya.

Sementara itu, Prof. Catur akan menjelaskan bagaimana peran vegetasi sebagai tanaman riparian digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang tercemar polutan.

Dijelaskannya, peningkatan kualitas air irigasi yang tercemar bahan organik, pestisida dan pupuk sintetis dapat dilakukan dengan menerapkan model teknologi fitoremediasi sistem berkesinambungan berupa “Vegetasi Riparian di Saluran Irigasi (RVID)”.

“RVID ini merupakan komunitas hydromacrophyte (tanaman air) lokal yang ditanam sebagai vegetasi riparian di tepi saluran irigasi dengan panjang minimal 200 m dengan tutupan maksimal 80 persen,” jelas Catur.

Tumbuhan hidromakrofit yang ditumbuhkan merupakan gabungan dari beberapa jenis tumbuhan air setempat. Misalnya rumput, dlingo, endog-endogan, mendong atau purun tikus, talas/senthe, pandan, teratai, akar wangi, genjer, ekor kuda, hydrilla, semanggi dan kangkung.

Model RVID memiliki keunggulan dapat secara efektif meningkatkan kualitas air irigasi yang tercermin dari tingginya kadar oksigen terlarut dan penurunan kadar COD, TSS, Cl2 bebas, ortofosfat, kekeruhan, suhu, nilai KMnO4, alkalinitas, BOD, TP, nitrat, konduktivitas, dan TKN.

Perbaikan kualitas perairan juga dapat dilihat dari peningkatan keanekaragaman jenis bentik dan perifiton makroinvertebrata yang menunjukkan penurunan kadar bahan beracun di perairan, peningkatan kelimpahan spesies sensitif, serta penurunan nilai beberapa indeks biotik seperti FBI, TDI dan PTV sebagai indikator penurunan tingkat pencemaran bahan organik dan nutrisi di dalam air. perairan.

Dengan demikian, air irigasi yang dihasilkan dari proses fitoremediasi dapat menjamin ketersediaan air irigasi yang berkualitas baik untuk mendukung kegiatan pertanian yang sehat.

“Namun terdapat kelemahan pada teknologi fitoremediasi model RVID ini yaitu sulitnya penanaman hidromakrofit sebagai vegetasi riparian pada saluran irigasi yang sudah dibangun atau dibeton dan diperlukan tenaga ekstra untuk pemeliharaan agar tutupan tanaman maksimal 80 persen,” ujarnya. menyimpulkan.