INDONESIAONLINE – Umat Hindu di Blitar Raya melaksanakan upacara Melasti di Pantai Jolosutro, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jumat (25/2/2022). Upacara Melasti dilaksanakan seminggu sebelum perayaan Nyepi.

Pemantauan INDONESIAONLINE, Melasti dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran covid-19. Panitia kegiatan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Blitar hanya membatasi lima perwakilan dari masing-masing pura di Kabupaten Blitar dan Kota Blitar. Umat ​​Hindu dari luar Blitar dilarang mengikuti upacara Melasti di Pantai Jolosutro.

Baca juga: Gemerlap Dies Natalis ke-33, FIFGROUP Gelar Rangkaian Kegiatan Peduli Stunting di 13 Cabang

“Pandemi vovid-19 belum berakhir. Oleh karena itu, tahun ini kami akan mengadakan Melasti dengan penuh kesederhanaan. Peserta kami dibatasi hanya lima orang dari setiap candi. Dan kami meminta umat Hindu dari luar Blitar Raya untuk tidak bergabung di sini,” kata Ketua PHDI Blitar Raya Lestari.

Lestari menambahkan, di Blitar Raya terdapat 98 candi. Upacara Melasti kali ini tidak hanya dihadiri oleh perwakilan pura, tetapi juga para ulama dan lembaga keagamaan Hindu di bawah naungan PHDI Blitar.

Dalam Surat Edaran (SE) PHDI Jatim Nomor 13/PHDI-Jatim/2022, beberapa poin telah ditetapkan untuk pelaksanaan upacara menjelang Nyepi tahun ini. Aturan-aturan ini semua fokus pada kepatuhan dan disiplin tinggi dalam penerapan protokol kesehatan.

Dengan aturan protokol kesehatan yang ketat membuat rangkaian ritual jelang Nyepi, mulai
Mulai dari Melasti, Tawur Kasanga, Catur Brata Nyepi, Ngembak Geni hingga Dharma Santi dilakukan secara tertutup dan terbatas.

“Semoga dengan segala kesederhanaan, pelaksanaan upacara Melasti tahun ini tidak mengurangi makna umat Hindu dalam menyambut perayaan Nyepi dan Tahun Baru Saka 1944. Dan semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar kita semua bisa melaksanakannya. keluar dari aktivitas normal,” tambahnya.

Baca juga: 4 Doa Agar Cukup Rezeki Saat Sulit

Upacara Melasti di Pantai Jolosutro juga dihadiri oleh Wakil Bupati Blitar Rahmat Santoso dan para pedagang kaki lima dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Dalam kesempatan tersebut Wakil Bupati Rahmat Santoso menyampaikan bahwa upacara Melasti merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang harus dilestarikan.

“Mari kita jadikan upacara Melasti sebagai momentum penyucian lahir batin dan menyatu dengan alam. Karena alam telah memberikan banyak manfaat atau sumber daya bagi kehidupan kita, maka harus kita jaga sebagai warisan bagi anak cucu kita,” pungkas Rahmat.