Beranda

Old Trafford Membisu: MU Dipermalukan 10 Pemain Everton

Old Trafford Membisu: MU Dipermalukan 10 Pemain Everton
Manchester United dibungkam di kandang sendiri 0:1 oleh Everton yang bermain dengan 10 pemain (Ist)

Analisis mendalam kekalahan Manchester United 0-1 dari Everton di Old Trafford. Taktik Amorim buntu melawan 10 pemain, Dewsbury-Hall jadi mimpi buruk Setan Merah.

INDONESIAONLINE – Di bawah sorotan lampu sorot Stadion Old Trafford yang dingin pada Selasa (25/11/2025) dini hari WIB, sebuah anomali sepak bola terjadi. Narasi yang seharusnya berakhir dengan dominasi tuan rumah justru berbalik menjadi tragedi memalukan.

Manchester United, raksasa yang tengah tertidur, kembali tersandung di kandangnya sendiri, kali ini oleh lawan yang bermain pincang selama 77 menit.

Kekalahan 0-1 dari Everton pada pekan ke-12 Liga Inggris 2025-2026 bukan sekadar kehilangan tiga poin. Ini adalah tamparan keras bagi rezim baru Ruben Amorim. Bagaimana bisa sebuah tim dengan talenta kelas dunia, bermain di kandang, dan unggul jumlah pemain sejak menit ke-13, justru terlihat lebih tumpul dibandingkan lawannya yang hanya mengandalkan serangan balik sporadis?

Paradoks Kartu Merah: Bencana Bagi Tuan Rumah

Laga dimulai dengan tempo tinggi yang menjanjikan. United, dengan formasi andalan Amorim 3-4-2-1, tampak ingin segera membunuh pertandingan. Angin segar berhembus kencang bagi The Red Devils ketika gelandang Everton, Idrissa Gueye, melakukan tindakan ceroboh.

Pelanggaran kerasnya yang melibatkan insiden dengan rekan setim sendiri membuahkan kartu merah langsung dari wasit di menit ke-13.

Secara teori, ini adalah checkmate awal. Bermain 11 lawan 10 selama lebih dari 75 menit di Old Trafford seharusnya menjadi garansi kemenangan, atau setidaknya dominasi mutlak. Namun, sepak bola tidak dimainkan di atas kertas.

Keluarnya Gueye justru mengubah Everton menjadi unit pertahanan yang solid dan pragmatis di bawah asuhan David Moyes. Pelatih veteran yang kembali menukangi The Toffees itu segera menginstruksikan anak asuhnya untuk membentuk barikade pertahanan rendah (low block).

Inilah yang menjadi kryptonite bagi skema Amorim malam itu. Manchester United menguasai bola, namun bingung harus berbuat apa. Sirkulasi bola antara Bruno Fernandes, Casemiro, dan pemain muda Kobbie Mainoo (yang masuk di babak kedua) terasa lambat dan mudah ditebak.

Momen Sihir Dewsbury-Hall dan Rapuhnya Transisi MU

Petaka yang sesungguhnya terjadi di menit ke-29. Di saat United asyik mengurung pertahanan lawan, mereka lupa akan bahaya transisi cepat. Kiernan Dewsbury-Hall, gelandang yang dikenal dengan mobilitas tingginya, menghukum kelengahan tersebut.

Melakukan aksi individu dari lini tengah, Dewsbury-Hall membelah jantung pertahanan United yang dikawal Matthijs de Ligt dan Leny Yoro. Tanpa adanya cover yang memadai dari lini tengah yang terlalu naik membantu serangan, Dewsbury-Hall memiliki ruang tembak. Ia melepaskan sepakan keras yang menghujam pojok atas gawang.

Senne Lammens, penjaga gawang muda yang dipercaya Amorim malam itu, tak berdaya. Reaksinya terlambat sepersekian detik. Bola bersarang di jaring, mengubah papan skor menjadi 0-1.

Old Trafford yang tadinya bergemuruh menuntut gol, mendadak senyap. Gol ini bukan hanya soal keahlian individu pemain Everton, tetapi juga eksposisi brutal terhadap ketidaksiapan struktur pertahanan United saat menghadapi serangan balik cepat (counter-attack).

Kebuntuan Lini Depan: Zirkzee dan Mbeumo Terisolasi

Tertinggal satu gol, Ruben Amorim bereaksi. Di babak kedua, ia memasukkan Mason Mount untuk menggantikan Noussair Mazraoui, mengubah skema menjadi lebih ofensif. Namun, masalah United malam itu bukan pada jumlah penyerang, melainkan kreativitas dan penyelesaian akhir.

Joshua Zirkzee, yang diplot sebagai ujung tombak, tampak frustrasi. Ia beberapa kali turun jauh ke bawah untuk menjemput bola, meninggalkan posnya di kotak penalti kosong. Ketika peluang emas itu datang jelang 10 menit akhir laga, Zirkzee gagal menaklukkan Jordan Pickford. Kiper Timnas Inggris itu tampil heroik, mementahkan peluang yang seharusnya menjadi gol penyeimbang.

Bryan Mbeumo, rekrutan anyar yang diharapkan memberi daya ledak di sisi sayap, juga mati kutu. Insiden jatuhnya Mbeumo di kotak penalti pada menit ke-57 yang diabaikan wasit sempat memicu protes keras, namun VAR tidak melihat adanya pelanggaran berarti. Hal ini menambah rasa frustrasi para pemain United yang seolah membentur tembok tebal bernama “Disiplin Taktikal David Moyes”.

Bahkan Bruno Fernandes, sang kapten yang biasanya menjadi penyelamat, kehilangan sentuhan magisnya. Tembakan jarak jauhnya yang melambung di atas mistar gawang menjadi simbol keputusasaan United malam itu. Statistik penguasaan bola yang mencapai 70% bagi tuan rumah menjadi angka yang sia-sia tanpa adanya efektivitas di sepertiga akhir lapangan.

Analisis Data: Posisi 10 dan Realita Pahit

Hasil ini menempatkan Manchester United dalam posisi yang sangat tidak nyaman. Hingga pekan ke-12, Setan Merah terpaku di peringkat 10 klasemen sementara Liga Inggris 2025-2026 dengan torehan 18 poin.

Jika dibedah lebih dalam menggunakan data komparatif, start musim ini menjadi salah satu yang paling lambat bagi United dalam lima tahun terakhir. Rata-rata poin per pertandingan (PPG) mereka hanya berada di angka 1,5. Untuk tim yang menargetkan lolos ke Liga Champions, angka ini jauh dari kata cukup. Sebagai perbandingan, tim-tim di zona empat besar biasanya memiliki PPG di atas 2,0 pada tahap musim ini.

Sebaliknya, kemenangan ini sangat krusial bagi Everton. Meski memiliki poin yang sama dengan United (18 poin), kemenangan di Old Trafford dengan 10 pemain memberikan suntikan moral yang masif. Everton kini menempel ketat United di klasemen, hanya kalah selisih gol. Bagi David Moyes, ini adalah pembuktian taktis bahwa organisasi permainan yang disiplin bisa mengalahkan kumpulan individu mahal yang tidak kohesif.

PR Besar Ruben Amorim

Kekalahan dari Everton ini membuka mata banyak pihak bahwa masalah di Manchester United belum selesai sepenuhnya. Formasi 3-4-2-1 Amorim mungkin terlihat modern dan dinamis saat melawan tim yang bermain terbuka, namun menjadi tumpul saat menghadapi tim yang bertahan total (park the bus).

Ketidakmampuan memanfaatkan keunggulan jumlah pemain selama lebih dari satu jam pertandingan adalah dosa besar dalam sepak bola level tertinggi. Absennya rencana B (Plan B) yang efektif saat menghadapi deadlock menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan Amorim sebelum melawat ke markas Crystal Palace pekan depan.

Di sisi lain, Everton menatap laga selanjutnya melawan Newcastle United dengan kepala tegak. Mereka membuktikan bahwa semangat juang (fighting spirit) dan disiplin taktis masih menjadi mata uang yang berharga di kerasnya persaingan Liga Inggris. Bagi Manchester United, malam di Old Trafford ini adalah pengingat pahit: nama besar dan stadion megah tidak menjamin kemenangan jika jiwa permainan tak ada di sana.

Susunan Pemain Lengkap:

  • Man United (3-4-2-1): 31-Lammens (GK); 15-Yoro, 4-De Ligt, 23-Shaw; 3-Mazraoui (7-Mount 46′), 18-Casemiro (37-Mainoo 58′), 8-Bruno Fernandes (C), 13-Dorgu (2-Dalot 58′); 19-Mbeumo, 16-Diallo; 11-Zirkzee.

    • Pelatih: Ruben Amorim.

  • Everton (4-2-3-1): 1-Pickford (GK); 23-Coleman (C), 6-Tarkowski, 5-Keane, 16-Mykolenko; 37-Garner, 27-I. Gueye (Kartu Merah 13′); 10-Ndiaye (9-Betuncal 82′), 18-Grealish (7-McNeil 87′), 22-Dewsbury-Hall (24-Alcaraz 87′); 11-Barry (42-Iroegbunam 82′).

    • Pelatih: David Moyes.

Exit mobile version