INDONESIAONLINE – Peta kekuatan politik di parlemen pasca pemilu 2024, jadi bagian yang terus dibahas oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM). Pasalnya, Calon Presiden (capres) pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 Prabowo Subianto dinilai banyak pihak masih membutuhkan parpol besar lainnya di parlemen, salah satunya adalah PDI-P.
Hal ini membuka kemungkinan capres Prabowo mengajak PDI-P berkoalisi untuk menguasai kekuatan politik di parlemen.
Ini pun direspon calon wakil presiden (cawapres) terpilih Gibran Rakabuming Raka. Wali Kota Solo ini menanggapi soal kemungkinan mengajak PDI-P berkoalisi untuk menguasai kekuatan politik di parlemen.
Menurut Gibran, hal tersebut bisa dibicarakan. “Iya, bisa dibicarakan. Semua bisa dibicarakan,” kata Gibran, Selasa (16/4/2024).
Gibran juga mengaku sudah membahas soal kemungkinan mengajak PDI-P berkoalisi di parlemen saat halalbihalal di rumah Prabowo.
“Kami sempat membahas itu juga pada waktu halalbihalal kemarin. Segala kemungkinan ada,” ungkapnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menyampaikan koalisi dengan PDI-P jadi langkah penting yang harus dilakukan Prabowo-Gibran.
Pasalnya, kekuatan parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM) di parlemen belum mencapai 50 persen. “Dalam konteks ini, Prabowo akan memiliki tingkat ketergantungan yang amat tinggi pada PDI-P,” ujar Umam dilansir Kompas, Selasa (9/4/2024) lalu.
Ia menganggap, jika PDI-P bergabung dalam pemerintahan ke depan, Prabowo punya tambahan kekuatan signifikan karena PDI-P memiliki kursi terbanyak DPR RI untuk periode 2024-2029.
Kondisi itu, bisa dimanfaatkan Prabowo juga untuk menjaga stabilitas koalisinya. Apalagi, mengurangi potensi manuver dari Partai Golkar. “Prabowo juga bisa menghadirkan penyeimbang untuk menetralisir potensi manuver-manuver Golkar yang merasa dirinya sebagai kekuatan terbesar di koalisi pemerintahan,” tuturnya.