INDONESIAONLINE – Kepala Satgas Penanganan PMK Kabupaten Malang, Didik Gatot Subroto mengatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya perbedaan data soal PMK antara pemerintah pusat dalam iSIKHNAS dengan data real yang ada di wilayah Kabupaten Malang. Terlebih untuk data mengenai jumlah ternak yang mati akibat PMK. 

SDM yang dimaksud yakni mulai peternak ataupun petugas yang mungkin dinilai kurang optimal dalam pengoperasian ponsel untuk mendaftar dan memasukan data ke dalam iSIKHNAS. Sebab, untuk memasukan data ke dalam iSIKHNAS, setiap peternak harus melakukannya melalui ponselnya masing-masing. 

“Lagi-lagi kemampuan SDM kita yang lemah. SSementara peternak kita punya handphone namun kurang optimal dalam pengoperasiannya. Ini jadi PR (pekerjaan rumah) bagi kita,” ujar Didik yang juga Wakil Bupati (Wabup) Malang ini. 

Baca Juga  Kabupaten Blitar  Serahkan Bendera Pataka Jer Basuki Mawa Beya ke Kota Blitar, Langsung Diarak Menuju Tulungagung

Dirinya menilai, seharusnya terkait inventarisasi data PMK ada pendampingan dari petugas kesehatan hewan kepada peternak. Menurut Didik, perbedaan data tersebut menjadi masalah yang harus diselesaikan. 

Sebab, sesuai dengan regulasi dan SOP yang ada saat ini, masyarakat atau peternak terdampak PMK yang mendapat bantuan adalah yang sudah terdaftar di iSIKHNAS. Dari catatannya, ada perbedaan cukup jauh soal data tersebut. Pada iSIKHNAS, data sapi yang mati se-Kabupaten Malang hanya 168 ekor yang sudah terdaftar. Sedangkan data real di lapangan sudah ada hampir 900 ekor sapi yang mati di satu kecamatan di Kabupaten Malang. 

“Saya minta di BNPB agar tidak bisa seperti itu, karena ini tidak adil. Dalam waktu dekat akan kita pertanyakan lagi,” terang Didik.

Permasalahan selanjutnya akibat wabah PMK ini adalah terkait produktivitas susu dari sapi yang dinyatakan telah sembuh setelah terpapar gejala PMK. Di mana menurutnya, produktivitas susunya masih belum optimal. Baik dari segi kuantitas ataupun dari segi kualitas. Sebab, ada sebagian hasil perahan susu yang masih tercemar residu antibiotik. 

Baca Juga  Pastikan Terima Layanan Terbaik, Pemkot Kediri Lakukan Assesment Anak Yatim Piatu Terdampak Covid

“Itu juga menjadi penanganan kita harus kita selesaikan,” tegas Didik. 

Selain itu, dirinya juga memastikan bahwa dalam waktu dekat, peternak yang sapinya sedang sakit PMK akan segera mendapatkan distribusi obat, nutrisi dan beberapa kebutuhan lain untuk penyembuhan sapinya. Hal itu juga sebagai tindak lanjut dari pengalokasian belanja tak terduga (BTT) untuk penanganan PMK. 

“Kemudian yang ketiga yang paling utama, BTT sedang kita gerakkan, bagaimana proses pemberian vitamin, pemberian obat-obatan bagi peternak, itu bisa terfasilitasi bagi peternak. Ini sudah proses lelang,” pungkas Didik.