INDONESIAONLINE – Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober selalu menjadi momen peringatan penting berbagai pihak. Salah satunya civitas akademi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang yang turut memperingatinya dengan menggelar upacara peringatan Hari Santri Nasional. Upacara digelar di lapangan utama kampus, Sabtu (22/10/2022).

Berkaitan dengan Hari Santri Nasional, Rektor UIN Maliki Malang, Prof Dr Zainuddin MA menyampaikan jika para santri mempunyai peran besar dalam pembangunan bangsa, termasuk kemerdekaan Republik ini.

Kemajuan dan perkembangan sains maupun teknologi serta budaya modern yang begitu akseleratif, membuat banyak kalangan dan pemerintah khawatir akan berpengaruh fatal terhadap kehidupan manusia dan bahkan semua makhluk yang ada di bumi ini.

Ketika perubahan sosial-budaya dalam masyarakat kian terasa, maka tuntutan terhadap peran agama semakin besar, sementara kepergian kiai atau ulama satu demi satu kian bertambah dan belum cukup signifikan penggantinya.

“Maka pada gilirannya, tuntutan terhadap keberadaan ulama maupun santri pun tak kalah besarnya. Sebab, merekalah sebagai pembawa misi agama dan pewaris para Nabi. Selain itu memang kiai dengan pesantrennya telah memiliki kontribusi besar dalam pembangunan nasional,” jelasnya.

Baca Juga  Upaya Memajukan Kampus, UIN Malang Gelar Audit Mutu Internal AMI Siklus Ke-16

Sementara itu, dalam proses belajarnya, pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, memiliki andil dalam pengembangan kepribadian, antara lain adanya perhatian besar kiai terhadap santri, rasa hormat dan tawadhu santri terhadap kiai, hidup sederhana, hemat dan mandiri, kesetiakawanan, saling menolong, disiplin serta tahan uji.

Dalam kehidupan pesantren, juga terlihat leburnya individualisme dan egoisme. Apalagi jika dikaitkan dengan persoalan pengangguran, pesantren tidak akan khawatir dengan pekerjaan, sebab pesantren memang tidak menjanjikan kerja (promise of job). Tujuan pendidikan pesantren yang asasi adalah untuk mencetak manusia berilmu dan berkepribadian luhur.

“Dua entitas ilmu dan kepribadian tersebut harus dimiliki oleh seorang santri. Berilmu saja tanpa disertai moral akan beresiko tinggi, begitupun sebaliknya. Meski begitu, lulusan pesantren pada umumnya tidak kenal menganggur, karena dengan modal soft skill-nya mereka bisa bekerja di hampir semua sektor,” terangnya.

Baca Juga  Rektor UIN Malang Buka Bersama Dubes Saudi, Janji Kunjungi Kampus Ulul Albab

Lebih lanjut, sistem pendidikan pesantren hingga saat ini masih yang terbaik. Hal ini tentu karena tiga hal yang dimiliki, yakni pola pendidikan live in, kurikulum yang tersembunyi dari para kiai dan ustaz yang menjadi role model bagi para santrinya; dan tradisi santri yang memiliki sikap dan karakter yang excellent yaitu tawadhu’, ulet, dan mandiri.

“Sikap-sikap tersebut menjadi kebutuhan yang sangat didambakan di era modern seperti sekarang ini,” kata Zainuddin.

Terlebih, Pesantren juga memiliki keunggulan, dimana pendidikan bersifat inklusif dan tidak terdapat batasan untuk usia menjadi seorang santri.  Kebebasan belajar terdapat di pesantren. Siapapun bebas untuk belajar, termasuk mereka yang tidak memiliki biaya.

Banyaknya keunggulan dari pendidikan pesantren ini, kemudian menjadi inspirasi dari para pengelola pendidikan di beberapa perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKIN) untuk menyelenggarakan program ma’had. Dalam proses pendidikannya, memadukan keilmuan pendidikan tinggi dengan pesantren. UIN Maliki Malang pun telah lama menerapkan hal ini.