INDONESIAONLINE-Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar hadir mencerdaskan masyarakat sebagai bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di bidang pendidikan, Tim Dosen Unisba Blitar berkontribusi aktif mengembangkan kualitas lembaga pendidikan dengan memberikan pelatihan supervisi pembelajaran klinis kolaboratif kepada kepala sekolah dan tenaga pendidik di lingkungan Yayasan Masjid Hidayatullah.

Informasi yang diterima INDONESIAONLINE, pelatihan supervisi pembelajaran klinis kolaboratif kali ini dilaksanakan oleh Tim Dosen yang beranggotakan Dr Supriyono, MEd (Wakil Rektor III Unisba Blitar) dan Dr Suyitno, MPd (Dosen Unisba Blitar). Pelatihan ini juga melibatkan dua orang mahasiswa Unisba Blitar dari Prodi Manajemen dan Prodi Bahasa Inggris.

Pelatihan ini diikuti oleh seluruh kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru senior di Yayasan Masjid Hidayatullah mulai dari lembaga play group, RA, Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madrasah Tsanawiyah (MTS). Yayasan Masjid Hidayatullah sendiri saat ini sedang berinovasi dengan mengembangkan sekolah satu atap dan mengubah diri menjadi sekolah modern Global Tahfidz Islamic School. Pelatihan dimulai bulan April dan berakhir pada 5 Oktober 2022.

Wakil Rektor III Unisba Blitar, Dr Supriyono menyampaikan, salah satu tujuan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan dan bermakna di lingkungan lembaga pendidikan. Namun, di lapangan, suasana belajar yang demikian belum terwujud, salah satunya disebabkan karena faktor kemampuan kepala sekolah (kepsek) dalam hal instrumen supervisi akademik.

Baca Juga  UIN Malang Tingkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris Para Mahasiswa melalui Unit ICP

“Guna meningkatkan kemampuan kepsek dalam menyusun dan melaksanakan supervisi akademik, kami dari Unisba Blitar memberikan pelatihan supervisi pembelajaran klinis kolaboratif kepada tenaga pendidik di lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Hidayatullah,” kata Suyitno.

Dijelaskan Supriyono, supervisi klinis adalah upaya mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi tenaga pendidik di sekolah dengan cara kolaborasi.Dalam implementasinya, supervisi klinis dilakukan dalam tiga tahap yakni pra observasi, observasi dan post observasi.

“Dalam penerapan supervisi klinis ini, kepala sekolah dan guru berada dalam posisi sejajar. Skemanya, guru menyampaikan dulu permasalahanya dan kepala sekolah mendengarkan. Guru menyampaikan apa permasalahanya apa, usulan penyelesaianya, kesulitanya apa dan kemudian nanti diidentifikasi apa yang perlu dikembangkan bersama kepala sekolah. Selanjutnya kepala sekolah memberikan wawasan, memberikan arahan, lalu juga merencanakan untuk melakukan pengembangan melalui supervisi,” jlentrehnya.

Supriyono menambahkan, hal-hal yang ditemukan di supervisi ini nantinya kepala sekolah akan membuat kebijakan untuk mengembangkan kualitas sekolah melalui pengembangan SDM tenaga pendidik.

”Apakah nanti guru akan diikutkan pelatihan, diikutkan workshop. Apakah guru akan diberikan pembinaan secara mandiri atau individual oleh kepala sekolah. Itulah supervisi klinis kolaborative. Perilaku kolaborative disini adalah perilaku yang bukan dictator atau mengarahkan, tapi berinteraksi antara kepala sekolah dan guru secara hormat dan kolegial. Kepala sekolah dan guru sepakat menyelesaikan permasalahan dengan baik dan bersepakat untuk menindaklanjuti supervise tersebut dan pembelajaran menjadi lebih efektif,” jlentrehnya.

Baca Juga  Wakil Rektor I UIN Malang Sampaikan 4 Hal Penting yang Harus Diterapkan ASN

Sebagai informasi, pelatihan supervisi klinis kolaboratif ini dilaksanakan selama tiga bulan. Pasca pelatihan ini, Unisba Blitar melakukan serangkaian evaluasi dan pendampingan kepada kepala sekolah dan tenaga pendidik di Yayasan Hidayatullah.

“Alhamdulilah dari evaluasi yang kita lakukan, 98 persen kepala sekolah menyampaikan pelatihan ini sangat bagus, 2 persen menyatakan bagus. Dan 96 persen dari peserta terbukti kompetensinya meningkat sesuai dengan capaian yang kita inginkan. Lalu sisanya 4 persen memohon untuk didampingi dan kita lakukan pendampingan,” imbuh Supriyono.

Dampak lain yang dirasakan nyata di lembaga pendidikan berkat pelatihan supervisi ini adalah interaksi sosial yang berkualitas di lingkungan lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Masjid Hidayatullah.

“Dan dampaknya untuk sekolah, guru semakin disiplin dan kepala sekolah semakin nyaman berinteraksi dengan guru. Dan perlakuan guru kepada siswa semakin bagus,” pungkasnya.