JATIMTIMESJembatan Gladak Perak yang menjadi jalan penghubung antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang putus total. Bahkan, medan menuju kawasan jembatan penghubung dua kawasan itupun sangat sulit dijangkau.

Erupsi Gunung Semeru yang terjadi Sabtu (4/12/2021) sore hari kemarin membuat sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang teraliri lahar panas. Akibatnya, jembatan yang menjadi akses utama Malang-Lumajang menjadi mati.

 

Pantauan JatimTIMES di lokasi, akses menuju jembatan Gladak Perak cukup sulit dilewati. Hal itu karena beberapa pohon yang ada disepanjang jalan roboh dan sedikit menghalangi perjalanan.

Terlihat, pepohonan yang biasanya terlihat hijau rindang, kini berubah menjadi penuh dengan abu vulkanik. Namun meski begitu, terlihat beberapa warga juga masih penasaran dengan kondisi yang sebenarnya. Tak sedikit warga yang melihat langsung kondisi jembatan yang putus itu.

Baca Juga  Inspektorat Tindaklanjuti Laporan Dugaan Manipulasi Nilai Seleksi Perangkat Desa

Disekitar jembatan Gladak Perak, terlihat masyarakat yang mayoritas warga Kabupaten Lumajang itu seolah tak percaya dengan peristiwa yang terjadi. Sebab, jembatan yang berusia puluhan tahun itu kini tinggal kenangan.

Masyarakat yang tiba di lokasi tersebut terlihat juga tidak ingin melewatkan untuk mengabadikan momen tersebut. Sebab, masih ada aliran lahar yang mengalir di sepanjang sungai.

Sementara itu, jembatan putus tersebut sangat sulit didekati dengan menggunakan mobil hingga radius 200 meter. Sehingga, satu-satunya akses adalah dengan menggunakan kendaraan roda dua, dan harus tetap dengan penuh kehati-hatian.

Kasi Kedaruratan BPBD Jatim, Satrio Nur Seno mengatakan, seharusnya di areal dekat jembatan Gladak Perak diberi pembatas untuk mengantisipasi peristiwa erupsi susulan.

“Harus segera diberi tanda batasan, untuk mengantisipasi adanya kecelakaan yang lebih bahaya lagi,” kata Satrio, Minggu (5/12/2021) saat dijumpai di jembatan Gladak Perak.

Baca Juga  Dugaan Data Pemilih KPU Bocor, Dibanderol Rp1,1 Miliar di Situs Internet

 

Menurut Satrio, jembatan Gladak Perak merupakan satu-satunya akses jalan Malang-Lumajang. Sehingga, jika tidak segera dibangun akan menghambat pembangunan infrastruktur di Jawa Timur.

“Sementara kalau dibangun, akan membutuhkan waktu yang lama. Dan juga, jika dibangun ditempat yang sama tentunya risiko sama akan terjadi lagi,” ungkap Satrio.

Dari hasil pantauan di lapangan, Satrio menyebut runtuhnya jembatan Gladak Perak bukan karena erupsi Gunung Semeru. Melainkan karena awan panas guguran yang dibawa air hujan.

“Kalau dari kesepakatan kami dengan PPGA Jatim, itu bukan karena erupsi. Tapi awan panas guguran. Jadi meningkatnya curah hujan di atas Semeru, menambah volume kawah yang ada di Semeru, kemudian mengalir ke sungai yang melewati Gladak Perak,” beber Satrio.



Hendra Saputra