JATIMTIMES – Nahdlatul Ulama (NU) bisa dibilang adalah ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Berdasarkan data LSI Denny JA tahun 2019, jumlah warga NU atau nahdliyin mencapai 108 juta jiwa.

Karena kebesaran NU itulah, maka jam’iyah yang didirikan oleh Hadratuss Syekh KH Hasyim Asy’ari memiliki peran yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab itu, Muktamar ke-34 NU yang digelar di Lampung 22-23 Desember 2021 seolah menjadi magnet kuat yang menyedot perhatian publik.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Perkonomian Dr. Rizal Ramli (RR) menyebut Muktamar NU yang salah satu agenda utamanya adalah memilih Rais Aam dan Ketua Umum (Tandfiz) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) adalah acara penting. Sebab, peran besar NU dalam sejarah Indonesia.

Tokoh yang dikenal sebagai sahabat dekat Gus Dur ini mengatakan, sebagai organisasi masyarakat terbesar, peranan NU dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat penting, juga dalam memberi isi dan makna setelah Republik Indonesia merdeka.

Baca Juga  Detik-Detik Penyelamatan Perempuan Pekerja Kebun Sawit yang Diterkam Buaya

“Karena itu, Ketua Umum yang baru harus sanggup membawa NU untuk memperjuangkan nilai-nilai keagamaan, kerakyatan dan kebangsaan. Bukan sekedar mengejar dan menjadi bagian dari kekuasaan. NU diharapkan tetap teguh memperjuangkan cita-cita untuk menegakkan kebenaran dan keadilan untuk kesejahteraan rakyat,” urai pria yang kerap disapa Gus Romli itu.

Sebagai nahdliyin, RR berharap pimpinan NU ke depan menjadikan Jam’iyah dan jamaah Nahdlatul Ulama sebagai pusat pengabdian, pusat amal, dan pusat untuk mengembangkan potensi serta kesejahteraan umat Islam khususnya nahdliyin.

“Dalam konteks itu, saya mendukung KH As’ad Said Ali sebagai Ketua Umum NU. Kiai As’ad memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas di dalam pemerintahan dan tugas-tugas internasional, serta aktif sebagai Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015,” ujar penasehat Forkom Jurnalis Nahdliyin ini.
  
RR menambahkan rekam jejak As’ad Said Ali tak perlu diragukan lagi. Ia adalah Alumnus Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dan Alumni Hubungan Internasional UGM.  Serta sudah mendapat gelar Doktor Horonis Causa dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, dan penanggung jawab kaderisasi PBNU.

Baca Juga  Balapan Liar, Ratusan Motor Diamankan Polres Malang

Selain itu Kiai As’ad juga dianggap sebagai calon alternatif. Pilihan lain di luar Kiai Said Agil dan juga Kiai Yahya Staquf.

“Kiai As’ad akan mampu memimpin NU untuk meneruskan dan memperbaharui khitah NU 1926, menjadi bagian penting dari peningkatan keadilan dan kemakmuran rakyat,” pungkas pria yang baru didaulat sebagai Ketua Dewan Pakar KKNU 1926 tersebut.

Sebelumnya dukungan terhadap KH As’ad Said Ali untuk memimpin NU juga disuarakan oleh pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, KH Asep Saifuddin Chalim. Dukungan yang disampaikan putera pendiri NU, KH Abdul Chalim itu direspon positif oleh sejumlah pihak, baik struktur maupun organisasi berbasis NU hingga sejumlah pengasuh pondok pesantren.



M. Bahrul Marzuki