JATIMTIMES –  Ada cerita lain saat terjadi letusan Semeru pada hari Sabtu 4 Desember lalu. Keluarga Syaiful Bahri, warga desa Sumberwuluh, pada hari itu sedianya akan menggelar tahlilan 7 hari untuk bapaknya yang meninggal 7 hari sebelumnya.

Sekitar pukul 15.00, acara sudah benar-benar siap dilaksanakan. 200 nasi dan kue bakal berkat tahlilan telah dikemas rapi tinggal menungu acara tahlilan 7 hari tersebut berlangsung, selepas Maghrib.

Baca Juga : Erupsi Semeru, Pegadaian Beri Penundaan Jatuh Tempo hingga Pembebasan Bunga 

 

Syaiful Bahri, anak dari Jamak Ibrahim yang meninggal 7 hari sebelumnya menceritakan, ditengah kesibukan mempersiakan acara selamatan 7 hari tersebut tiba-tiba terdengar letusan Semeru yang menggelegar.

Seketika alam menjadi gelap, dan keluarga tersebut menyadari bahwa situasinya tidak biasa, akan tetapi cukup berbahaya.

Baca Juga  Banjarmasin Diguncang Gempa Susulan M 3,3, Akibat Aktivitas Patahan Meratus

Karena takut, seluruh keluarga yang sudah berkumpul di rumah Syaiful Bahri berlarian mengungsi ke kantor desa Candipuro. 

“Setelah mengungsikan keluarga, saya kembali ke rumah pak. Saya melihat nasi berkat yang sudah siap itu. Karena acara tahlilan 7 hari itu sudah tidak mungkin dilaksanakan, akhirnya saya kirim untuk di makan para pengungsi pak. Saya bagikan ke beberapa tempat dan tetangga, karena jumlahnya 200 mas,” kata Syaiful Bahri.

Syaiful menceritakan, saat kejadian dirumahnya ada 12 orang yang ikut membantu persiapan tahlilan tersebut dan harus segera diungsikan. Sebagian harus dibonceng pakai motor menuju tempat pengungsian, sebagian ada yang berangkat sendiri, yang penting bisa selamat.

Baca Juga  PSI Disebut Partai Otoriter

Syaiful Bahri juga menjelaskan, walau  acara tahlilan 7 hari bapaknya yang meninggal sebelumnya tak jadi dilaksanakan, namun Syaiful mengaku lega karena seluruh persiapan berupa makanan tersebut masih bisa dimanfaatkan untuk para pengungsi.

Baca Juga : Percepatan Vaksinasi, Polsek Bangsalsari Pantau Vaksinasi di Sekolah 

 

“Mau bagaimana lagi pak, tetangga juga mengungsi semua, akhirnya tahlilan 7 hari bapak saya batal total mas,” jelas Syaiful Bahri kepada Jatimtimes, hari ini Selasa (7/12) di Sumberwuluh Candipuro.

Begitu kembali ke rumahnya, Syaiful Bahri melihat air dan lumpur sudah memasuki rumahnya setebal lebih dari 5 CM. 

“Tapi Alhamdulillah keluarga kami semua selamat,” pungkasnya. 



Moch. R. Abdul Fatah