INDONESIAONLINE — Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar kembali menunjukkan komitmen terhadap pembangunan daerah melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) tahun 2025. Melalui kegiatan bertajuk “Pendampingan Pengolahan Limbah Cair Menggunakan Teknologi IPAL Berbasis IoT sebagai Upaya Pengendalian Lingkungan dan Meningkatkan Produktivitas Kelompok Pengerajin Batik”, tim dosen dan mahasiswa UNU Blitar hadir memberikan solusi berbasis teknologi bagi para perajin batik di Kelurahan Nglegok, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
Program ini didanai oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat melalui sejumlah nomor kontrak: 339/C3/DT.05.00/PM-BATCH III/2025; 034/LL7/DT.05.00/PM-BATCH III/2025; dan 041/UNU-BLT/LPPM/K-PKM/IX/2025. Dukungan pendanaan ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara kampus dan pemerintah dalam menggerakkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
PKM ini dipimpin oleh Abd. Charis Fauzan MKom, dosen Program Studi Ilmu Komputer. Ia bekerja sama dengan dua dosen lintas bidang: Ahmad Saifudin MPd dari Pendidikan Bahasa Inggris serta Dr Nafisatuzzahro STh MAg dari Ilmu Al-Quran dan Tafsir. Kolaborasi ini diperkuat oleh empat mahasiswa aktif dari berbagai disiplin ilmu, menjadikan program ini ruang praktik pendidikan yang nyata dan aplikatif.
Tim memilih kelompok pengrajin batik “Cahaya Palah” di Nglegok sebagai mitra utama. Berdasarkan observasi awal, limbah cair dari proses membatik selama ini dibuang langsung ke tanah. Limbah tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan. Untuk itu, tahap awal PKM difokuskan pada analisis kebutuhan dan koordinasi intensif bersama pemerintah kelurahan dan kelompok perajin, memastikan program pendampingan benar-benar menjawab persoalan di lapangan.
Rangkaian kegiatan utama berlangsung pada 13 November 2025. Bertempat di lokasi mitra, tim UNU Blitar menggelar pelatihan dan pendampingan pengolahan limbah cair menggunakan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) berbasis internet of things (IoT). Kegiatan diikuti pengurus organisasi batik “Cahaya Palah” serta ibu-ibu PKK Nglegok.
Kegiatan dibuka oleh Lurah Nglegok Edi Supriarno. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa pemerintah kelurahan mendukung penuh penggunaan teknologi sebagai bagian dari peningkatan kualitas industri rumahan. Menurut Edi, inovasi seperti IPAL berbasis IoT sangat penting untuk menjaga lingkungan tanpa mengganggu produktivitas perajin batik.
Ia menegaskan bahwa penggunaan teknologi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. “Kami ingin para perajin batik di Nglegok naik kelas. Teknologi seperti IPAL berbasis IoT ini akan membantu mereka bekerja lebih bersih dan efisien,” ujarnya.
Setelah pembukaan, dilakukan serah terima peralatan kepada kelompok mitra, dilanjutkan pelatihan teknis IPAL berbasis IoT, manajemen organisasi, hingga teknologi pemasaran. Para perajin merespons kegiatan ini dengan antusias. Banyak dari mereka mengaku baru mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya pengolahan limbah dan cara kerja teknologi pemantauan berbasis IoT yang dapat membantu mereka mengontrol kondisi IPAL secara real time.
PKM UNU Blitar ini tidak berhenti pada pemberian pelatihan awal. Program akan berlangsung hingga Desember 2025 dengan fokus pada dua pilar utama, yakni penguatan kemandirian industri batik berbasis teknologi melalui pelatihan manajemen keuangan digital serta peningkatan kapasitas organisasi pengrajin, dan penerapan teknologi IPAL berbasis IoT sebagai solusi jangka panjang untuk mengendalikan limbah cair sekaligus menjaga proses produksi tetap efisien.
Ketua tim PKM Abd Charis Fauzan menegaskan bahwa program ini tidak hanya berupaya menyelesaikan persoalan limbah, tetapi juga membawa semangat transformasi teknologi ke tingkat komunitas. Ia menyampaikan bahwa generasi muda perajin harus mampu beradaptasi dengan perubahan digital agar tidak tertinggal. Menurutnya, pendampingan ini diharapkan mendorong kemandirian usaha sekaligus menciptakan sumber daya manusia yang adaptif dan inovatif.
“Melalui program ini, kami ingin membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi alat pemberdayaan yang efektif bagi masyarakat,” ujar Charis dalam keterangannya. Ia menambahkan bahwa mahasiswa yang terlibat juga mendapatkan pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu mereka di masyarakat.
Lurah Nglegok Edi Supriarno menyampaikan bahwa pihaknya sangat terbuka terhadap keberlanjutan program-program akademik di wilayahnya. Ia mengatakan bahwa Kelurahan Nglegok siap menjadi ruang praktik bagi penelitian dan pengabdian dari berbagai kampus, terutama dalam program-program yang memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
“Kami berharap kerja sama ini tidak berhenti sampai di sini. Masyarakat kami sangat membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan, baik dalam hal teknologi maupun pengembangan usaha,” katanya.
Dalam penutup kegiatan, tim peneliti UNU Blitar menyampaikan apresiasi kepada Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek atas dukungan pendanaan yang diberikan. Bantuan tersebut dinilai sangat berarti dalam memastikan kualitas program pemberdayaan dapat terus meningkat dan menjangkau lebih banyak masyarakat.
Ketua tim PKM Abd. Charis Fauzan menegaskan bahwa dukungan ini menjadi energi penting bagi kampus untuk terus memperkuat kontribusi dalam pembangunan daerah. “Dukungan DRTPM menjadi dorongan besar bagi kami untuk menghadirkan pengabdian yang benar-benar memberi dampak bagi masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa PKM UNU Blitar merupakan contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat memainkan peran strategis dalam pembangunan daerah melalui pendekatan teknologi, edukasi, dan pemberdayaan. Program ini tidak hanya menyasar penyelesaian persoalan lingkungan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan kemandirian industri kreatif lokal seperti batik sebagai sebuah langkah konkret menuju pembangunan berkelanjutan dan inovatif di Kabupaten Blitar.
“Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada DRTPM Kemendikbudristek atas dukungan pendanaan program ini. Bantuan tersebut sangat berarti bagi kami untuk meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat sekaligus memperkuat peran kampus dalam pembangunan daerah,” kata Fauzan. (ari/hel)
