Beranda

Sajam di Senja Rayyan: Kisah Pilu Tentara Akmil dan Satpam yang Jadi Korban Kekerasan

Sajam di Senja Rayyan: Kisah Pilu Tentara Akmil dan Satpam yang Jadi Korban Kekerasan
Ilustrasi pengeroyokan di Rayyan Residence Magelang (ISt)

Mentari mulai meredup di atas Rayyan Residence, sebuah perumahan asri di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Namun, senja yang tenang itu berubah menjadi mimpi buruk ketika kekerasan mengoyak kedamaian, menyisakan luka fisik dan trauma bagi para penghuninya.

INDONESIAONLINE – Minggu sore itu, suara tawa anak-anak dan obrolan santai warga seharusnya menjadi irama khas Rayyan Residence. Namun, suara itu digantikan oleh teriakan dan jeritan yang memilukan.

Sebuah video, yang kemudian viral di media sosial, menjadi saksi bisu dari peristiwa kelam itu: pengeroyokan brutal yang melibatkan tiga korban.

Ketua RT Rayyan Residence, Jarwoko, masih teringat jelas kejadian itu. “Benar, ada insiden. Dua korban adalah anggota TNI dari Akademi Militer (Akmil),” ujarnya dengan nada prihatin saat ditemui Senin (24/3/2025).

Dua anggota Akmil yang menjadi korban adalah Khoiri dan Ramadan. Sementara korban lainnya adalah Budiyono (54), petugas keamanan perumahan yang sehari-hari menjaga keamanan lingkungan.

Budiyono, dengan mata yang masih menyimpan trauma, menceritakan kronologi kejadian. Saat itu, ia sedang menjalankan tugasnya, mengumpulkan sampah di sekitar perumahan. Tiba-tiba, ia dicegat oleh sepasang pria dan wanita. Sosok pria itu dikenalnya dengan nama Bowo, yang membawa sebilah parang.

Bowo, dengan nada penuh emosi, menanyakan soal kunci motor yang hilang. Ia beralasan datang ke perumahan untuk mencari jamur, namun pertanyaan itu terasa janggal. Budiyono mencoba menenangkan situasi, menawarkan bantuan untuk mencari kunci bersama. Namun, jawaban itu tampaknya tidak memuaskan Bowo.

Emosi Bowo memuncak. Ia kemudian menghubungi rekan-rekannya. Tak lama kemudian, belasan orang datang, mengepung Budiyono. Pengeroyokan tak terhindarkan.

Khoiri dan Ramadan, yang kebetulan berada di lokasi kejadian, mencoba melerai keributan. Namun, usaha mereka justru berbuah petaka. Keduanya ikut menjadi sasaran amukan massa. Senjata tajam melayang, meninggalkan luka di tubuh ketiga korban.

“Sekitar 15 orang,” ungkap Budiyono dengan nada getir, menggambarkan jumlah pelaku pengeroyokan.

Ketiga korban segera dilarikan ke RSUD Merah Putih untuk mendapatkan perawatan. Luka-luka akibat sabetan senjata tajam membutuhkan penanganan medis. Kabar pengeroyokan ini dengan cepat menyebar di kalangan warga dan media. Polisi segera bertindak.

Kapolresta Magelang, Kombes Herbin Garba Wiyata Jaya Sianipar, mengumumkan bahwa sejumlah pelaku berhasil ditangkap pada Senin dini hari.

“Pelaku lebih dari satu orang,” tegasnya, meskipun ia enggan merinci jumlah pasti atau identitas pelaku. “Detailnya Pak Kasat Reskrim yang akan rilis,” imbuhnya.

Penjabat Sementara Kasat Reskrim Polresta Magelang, AKP La Ode Arwansyah, menambahkan bahwa informasi lebih lanjut mengenai kasus ini akan disampaikan melalui konferensi pers. “Detailnya nanti pas release aja, ya. Kami usahakan hari ini,” ujarnya.

Minggu kelabu di Rayyan Residence menjadi pengingat pahit bahwa kekerasan bisa terjadi di mana saja, bahkan di lingkungan yang seharusnya aman dan damai. Peristiwa ini menyisakan pertanyaan tentang keamanan, motif pelaku, dan upaya untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Sementara itu, warga berharap penegak hukum dapat mengungkap kasus ini secara tuntas dan memberikan keadilan bagi para korban.

Exit mobile version