Santri yang Dikeroyok Santri karena Tuduhan Mencuri di Blitar Akhirnya Meninggal

Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Febby Pahlevi

INDONESIAONLINE – Sebuah tragedi menyelimuti pondok pesantren di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Santri bernama MA (14), yang sebelumnya menjadi korban pengeroyokan oleh teman-temannya usai dituduh mencuri uang sesama santri, akhirnya meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit.

Insiden yang mengguncang ini terjadi pada Rabu 3 Januari 2024. Saat itu MA dikeroyok dan kemudian pingsan. Ia segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

Namun, nasib tragis menimpanya pada Minggu 7 Januari 2024. MA dinyatakan meninggal dunia setelah berjuang keras melawan sakit akibat serangan yang dialaminya.

Kasatreskrim Polres Blitar AKP Febby Pahlevi, mengonfirmasi kabar duka ini. Melalui pesan singkat WhatsApp, Febby membenarkan bahwa MA telah meninggal dunia.

Kasus ini telah menjadi perhatian serius bagi unit Perlindungan Perempuan Dan Anak (PPA) Polres Blitar. Orang tua korban yang merasa tak terima atas kekerasan yang menimpa anaknya telah melaporkan peristiwa ini kepada pihak berwenang.

“Dalam proses pemeriksaan, kami telah memeriksa 21 orang saksi. Meskipun tidak dapat merincikan identitas, sebagian saksi berasal dari lingkungan pondok pesantren,” jelas Febby.

Pihak kepolisian sedang memproses kasus ini dengan cermat dan menyeluruh. Polisi menegaskan bahwa setiap saksi dan informasi yang relevan akan menjadi bagian penting dalam penanganan kasus ini.

Diberitakan sebelumnya, seorang santri berusia 14 tahun, inisial MA, yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq di Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menjadi korban pengeroyokan brutal yang membuatnya pingsan.

Pengeroyokan terhadap korban terjadi setelah para santri kembali ke pondok pesantren setelah libur panjang. Sekitar pukul 23.00 WIB, setelah para santri kembali ke pondok pesantren, korban dihadapkan pada tuduhan mencuri uang milik sesama santri.

Pengeroyokan terjadi sebagai respons terhadap dugaan pencurian tersebut, menandai insiden tragis dalam kehidupan pondok pesantren. Tidak berselang lama setelah kejadian, sekitar pukul 24.00 WIB, korban tak sadarkan diri akibat serangan yang dialaminya. Upaya membawanya ke rumah sakit di Kecamatan Sutojayan untuk mendapatkan perawatan mendesak tidak berjalan lancar.

Pihak rumah sakit menolak menerima korban karena tidak ada yang bersedia bertanggung jawab atas pasien dalam kondisi darurat. Situasi semakin genting ketika pesantren terpaksa menghubungi keluarga korban, mendesak mereka untuk segera memberikan pertolongan medis yang diperlukan.

Ketika orang tua korban tiba dan menyaksikan kondisi  mengenaskan yang dialami anak mereka, keberatan tak terelakkan. Mereka memutuskan untuk melaporkan insiden yang menimpa anaknya ke Polsek Lodoyo Timur. Polsek pun memulai langkah hukum sebagai respons atas kejadian tragis tersebut. (ar/hel)

 

Blitarpolres blitarsantri dikeroyok santriSantri tewas