INNDONESIAONLINE – Kepemimpiman Hamas berganti. Salah satu pemimpin Hamas yang tinggal dalam pengasingan di luar negeri, Khaled Mashal, mengambil alih kepemimpinan kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu setelah kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar dalam operasi militer Israel.
Lebanon LBCI dan kantor berita Rusia, TASS, menyebut Mashal kini menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt) atau pemimpin sementara Hamas untuk menggantikan Sinwar.
Dengan jabatan itu, Mashal sekarang bertanggung jawab untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak penting yang terlibat dalam perundingan dan pembicaraan soal pembebasan para sandera Israel.
Sosok Khaled Mashal
Khaled Mashal lahir di Silwad, Tepi Barat, Palestina, pada 28 Mei 1956 atau saat ini berusia 68 tahun.
Dia dikenal sebagai politikus Palestina dan sempat diasingkan dari tahun 1996-2017 ketika menjabat sebagai kepala Biro Politik Hamas.
Lalu, pada 2021, dia ditunjuk untuk menjadi kepala kantor Hamas untuk pengungsi dan orang buangan Palestina.
Kemudian, setelah tewasnya pimpinan Hamas sebelum Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh, pada 2024, Khaled Mashal menjadi pejabat Hamas paling senior di luar Jalur Gaza.
Sebelum menjadi pejabat senior Hamas, masa kecil Mashal dihabiskan dengan berpindah-pindah negara. Contohnya pada tahun 1967, dia dan keluarganya pindah dari Silwad ke Kuwait setelah Tepi Barat diduduki oleh Israel dalam Perang Enam Hari.
Saat menetap di Kuwait, Mashal tertarik pada aktivisme politik Islam dan memutuskan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin cabang Palestina pada usia 15 tahun.
Lalu, pada tahun 1974, Mashal memutuskan untuk berkuliah di Universitas Kuwait dan mempelajari fisika serta berpartisipasi dalam aktivisme Palestina.
Setelah lulus, Mashal tetap tinggal di Kuwait dan mengajar fisika serta tetap aktif dalam gerakan Islam Palestina.
Akhirnya, dia berhenti mengajar pada tahun 1984 dan lebih memilih berfokus terhadap pembangunan jaringan layanan sosial Islam di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Mashal pun bisa dikatakan sebagai salah satu pendiri Hamas karena tekadnya untuk menyaingi organisasi gerilya yaitu Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) seperti Fatah.
Lantas, Hamas pun berdiri pada tahun 1987 setelah menyatakan keberadaannya secara terbuka.
Masuk pada tahun 2017, terjadi perubahan pucuk pimpinan Hamas. Yahya Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh sebagai kepala Hamas di Jalur Gaza.
Perubahan ini membuat Mashal digantikan oleh Haniyeh sebagai kepala Biro Politik Hamas.
Dikutip dari Reuters, pergantian dari Mashal ke Haniyeh ini menandai adanya keseimbangan kekuasaan dalam tubuh Hamas dari mereka yang tinggal di luar negeri seperti Mashal kepada mereka yang tinggal di Jalur Gaza.
Tak cuma itu. Penggantian Mashal juga menawarkan kesempatan untuk pemulihan hubungan antara Hamas dan Iran.
Kedekatan Hamas dan Iran di bawah kepemimpinan Haniyeh sebagai kepala biro politik ditandai dengan diterimanya organisasi tersebut saat pemakaman perwira militer Korps Garda Revolusi Islam Qassem Soleimani (2020) dan pelantikan Presiden Iran Ebrahim Raisi (2021) dan Masoud Pezeshkian (2024).
Kendati demikian, Mashal tetap menjabat sebagai elite Hamas sebagai kepala untuk mengurusi pengungsi dan orang buangan Palestina.
Sebelumnya, pasukan Israel (IDF) mengonfirmasikan pada Kamis bahwa Yahya Sinwar telah gugur dalam sebuah operasi di Jalur Gaza selatan.
Sinwar dianggap sebagai dalang utama dan penyelenggara serangan oleh Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. (mut/hel)