INDONESIAONLINE – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyetujui sebuah resolusi penting yang menyerukan berdirinya negara Palestina merdeka. Dalam pemungutan suara, sebanyak 142 negara menyatakan setuju, 10 negara menolak, sementara 12 negara lainnya memilih abstain.
Resolusi yang dikenal sebagai Deklarasi New York itu merupakan hasil konferensi internasional yang digelar di markas besar PBB pada Juli 2025 atas inisiatif Prancis dan Arab Saudi. Menurut Duta Besar Prancis untuk PBB Jérôme Bonnafont, deklarasi tersebut menjadi peta jalan menuju solusi dua negara, meliputi gencatan senjata di Gaza, pembebasan sandera, pembentukan negara Palestina yang berdaulat, hingga normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab.
Sementara itu, Israel menilai keputusan tersebut tidak akan membawa perdamaian. Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menyebut deklarasi itu sebagai langkah sepihak yang justru melemahkan kredibilitas majelis umum. Ia menegaskan, “Hamas adalah pihak yang paling diuntungkan dari dukungan ini.”
Daftar Negara Penolak
Argentina, Hungaria, Mikronesia, Nauru, Palau, Papua Nugini, Paraguay, Tonga, Amerika Serikat, dan Israel.
Daftar Negara Abstain
Albania, Ceko, Kamerun, Ekuador, Ethiopia, Fiji, Samoa, Guatemala, Makedonia Utara, Moldova, Sudan Selatan, dan Kongo.
Namun, di tengah upaya diplomasi global, situasi di Gaza terus memburuk. Serangan udara Israel pada Sabtu (13/9) menghantam Kota Gaza dan merusak bangunan, termasuk sekolah yang difungsikan sebagai tempat penampungan PBB. Serangan ini menewaskan sedikitnya 49 orang. Total korban tewas hari itu mencapai 62 orang.
Lebih dari 6.000 warga terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat bombardir yang berulang setiap 10–15 menit. Jubir Pertahanan Sipil Palestina Mahmoud Basal mengatakan masyarakat Gaza kini bertahan hidup dalam kondisi amat sulit di tengah pengepungan, kelaparan, dan rasa takut yang berkepanjangan.
Sejak serangan besar-besaran Israel dimulai pada Oktober 2023, korban jiwa di Gaza telah menembus 64.000 orang. Ratusan ribu lainnya luka-luka, sementara lebih dari satu juta penduduk harus mengungsi. Kondisi tersebut memperburuk krisis kemanusiaan yang masih berlangsung hingga kini. (rds/hel)