Beranda
Agama  

Ada 90 Juta Kerikil saat Jumrah Haji, ke Mana usai Dilontarkan?

Suasana saat jemaah haji melempar jumrah. (foto: Instagram)

INDONESIAONLINE – Salah satu rukun dalam menjalankan ibadah haji adalah melempar jumrah. Para jemaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang yang berbeda dalam Kompleks Jembatan Jumrah di Kota Mina, sebelah timur Makkah, Arab Saudi.

Kegiatan melempar jumrah merupakan bagian dari rangkaian ritual yang harus dilakukan selama ibadah haji. Dan setiap tahunnya ada jutaan umat muslim di dunia yang melaksanakan ibadah haji.

Para jemaah haji mengumpulkan batu-batu kecil dari tanah di hamparan Muzdalifah. Setiap jemaah memerlukan sekitar 49 kerikil untuk melaksanakan ritual ini. Dengan total lebih dari 1,8 juta jamaah haji yang berpartisipasi setiap tahun, setidaknya 90,4 juta batu kerikil digunakan untuk melempar jumrah.

Banyak yang bertanya-tanya, ke mana perginya batu-batu tersebut setelah selesainya ibadah haji? Melansir YouTube Hastag TV, Kamis (20/6), pengaturan ilmiah dan teliti telah dibuat oleh pemerintah Arab Saudi untuk menangani batu-batu ini dengan cara yang higienis dan patut dicontoh. Penanganan batu-batu ini dimulai segera setelah para peziarah menyelesaikan ritual lempar jumrah.

Batu-batu tersebut jatuh secara vertikal ke bawah pada tiga pilar dari keempat tingkat fasilitas Jamarat dengan kedalaman hingga 15 meter, kemudian menetap di ruangan bawah tanah fasilitas Jamarat. Sebuah perusahaan bernama Kidana, yang bertanggung jawab atas pengembangan situs suci, menangani proses ini.

Petugas lantas ditugaskan untuk mengumpulkan batu yang dilemparkan, mengayak, dan menyemprotnya dengan air untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel. Setelah dibersihkan, kerikil-kerikil tersebut ditransfer ke kendaraan dan dibawa ke area tertentu untuk disimpan dan ditangani lebih lanjut setelah musim haji berakhir.

Asosiasi amal Hadiah Haji dan Muktamar yang berbasis di Makkah bekerja sama dengan perusahaan Kidana. Pihaknya berkomitmen untuk menetapkan inisiatif kuantitatif untuk melayani para pekerja di situs suci.

Pada 2023 lalu, organisasi ini menyediakan lebih dari 80 ribu kantong kerikil untuk dilemparkan ke Jamarat. Mereka juga mendistribusikan kerikil di lebih dari 300 titik untuk peziarah di rute perjalanan di Muzdalifah, serta fasilitas Jembatan Jamarat di Mina.

Sejarah Lempar Jumrah

Ritual lempar jumrah memiliki sejarah yang panjang, berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS. Sebelum diperintahkan untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, Nabi Ibrahim harus melalui banyak ujian. Termasuk usaha membakar dirinya dan meninggalkan istri serta anaknya di tanah yang tandus.

Kemudian Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya. Ismail pun dengan tabah menerima perintah tersebut, memahami bahwa itu adalah kehendak Allah.

Setan berusaha menggoda Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail untuk menghindari perintah Allah. Namun, ketiganya tetap teguh. Setan menampakkan dirinya dan setiap kali muncul dilempari batu oleh Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail. Lemparan-lemparan ini tepat di posisi jumrah Ula, Wusta, dan Aqabah saat ini.

Ritual lempar jumrah merupakan bagian penting dari ibadah haji yang memiliki makna mendalam. Setelah memahami pengelolaan batu kerikil oleh pemerintah Arab Saudi dan sejarah di balik ritual ini, kita dapat menghargai betapa kompleks dan terorganisasinya proses ini. Proses lempar jumrah juga menunjukkan bagaimana pelaksanaan ibadah haji dipersiapkan dengan cermat untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan para jamaah. (bin/hel)

Exit mobile version