INDONESIAONLINE – Hingga Minggu 7 Desember 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi bahwa jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 916 jiwa. Selain itu, upaya pencarian masih dilakukan untuk 274 orang yang dilaporkan hilang.
Data yang dihimpun BNPB menunjukkan bahwa sekitar 4.200 warga mengalami luka-luka. Daerah yang mencatat jumlah kematian tertinggi adalah Agam (Sumatera Barat) dengan 172 kasus, disusul Aceh Utara (128 kasus), dan Tapanuli Tengah (102 kasus).
Kerusakan Infrastruktur Melumpuhkan Layanan Publik
Bencana ini juga menimbulkan kerusakan parah pada fasilitas publik vital. BNPB merinci total 1.300 fasilitas umum mengalami kerusakan. Sektor kesehatan dan pendidikan menjadi yang paling terdampak, dengan 199 fasilitas kesehatan lumpuh dan 697 fasilitas pendidikan hancur.
Selain itu, 420 rumah ibadah mengalami kerusakan dan 234 di antaranya tidak dapat digunakan. Kelumpuhan akses juga terjadi akibat 405 jembatan yang rusak, yang secara signifikan memutus banyak jalur transportasi.
Kemenkes Soroti Kerentanan Kelompok Berisiko di Aceh
Secara terpisah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyoroti dampak serius terhadap ratusan ribu kelompok rentan, terutama di Aceh, yang menjadi lokasi terparah bencana banjir dan longsor.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Agus Jamaludin menekankan bahwa banyak warga rentan di Aceh menghadapi kesulitan mengakses layanan kesehatan karena fasilitas yang rusak, terendam, atau tidak dapat beroperasi. Sejumlah rumah sakit dan puskesmas terputus aksesnya karena jembatan yang ambruk, jalan longsor, serta terganggunya pasokan listrik dan BBM.
Dalam konferensi pers pada Jumat (5/12/2025), Agus memaparkan data kelompok rentan di 18 kabupaten/kota di Aceh meliputi:
- Lansia: 459.428 orang
- Ibu hamil: 394.250 orang
- Bayi: 104.623 orang
- Balita: 101.008 orang
- Penyandang disabilitas: 17.077 orang
- Pasien hemodialisa (HD): 545 orang
- Ibu menyusui: 2.380 orang
Situasi ini sangat berbahaya bagi mereka yang memerlukan perhatian medis rutin. Misalnya, pasien HD yang wajib cuci darah, ibu hamil yang butuh pemeriksaan berkala, dan lansia yang bergantung pada obat-obatan harian. (rds/hel)
