Dinamika Jelang Muktamar Ke-34 NU Terus Berkembang, FKP3D Kabupaten Jember Mengaku Resah

JATIMTIMES – Berbagai dinamika terus berkembang jelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU). Salah satunya termasuk cara dan daya upaya para calon Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang terus berupaya menggaet dukungan suara.

Dinamika yang berkembang untuk meraih suara para calon Ketum itu pun membuat resah Ketua Forum Komunikasi Pengasuh Pondok Pesantren Daerah (FKP3D) Kabupaten Jember, KH Fahrurroji Syafi’i SPdI MA P. 

 

“Semakin hari semakin tambah memperihatinkan, semakin tambah tegang, dengan munculnya cara-cara tim sukses dari para calon yang seperti sudah mulai kehilangan koridor dari seorang santri,” ungkap kyai yang juga Pendiri dan Pengasuh PP. Minhajutthullab, Tanggul, Jember. 

Lebih lanjut dijelaskannya, proses peraihan dukungan suara menurutnya tidak wajar. Padahal, NU merupakan lahan untuk ibadah, bukan lahan untuk siyasah, dengan bahasa lain NU bukan politik, namun ormas yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial. Karena sebagai lahan ibadah, tentunya bagaimana agar ibadah seseorang bisa diterima Allah SWT. 

Untuk itu, lanjutnya, diantaranya perlu adanya khudhu’ dan tawadu’. Rendah diri tidak menonjolkan diri sendiri. Rendah diri itu tidak mau berada di depan seperti tradisi NU, rebutan mundur yang artinya rendah diri tak menonjolkan diri berlebihan seperti cerita para Muassiz NU.

“Tidak juga seperti misalnya ada baliho besar, muncul Gus Dur muda dari salah satu calon. Ada juga calon yang mengklaim menghidupkan Gus Dur. Bahasa-bahasa ini tidak layak untuk muncul dari NU yang notabene itu adalah ibadah,” jelasnya. 

Karenanya, perlu disikapi dan dimohon untuk para PCNU yang mempunyai hak suara, PWNU, PCNU, untuk menjaga hak suara. Sebab, suara tersebut merupakan kewajiban yang harus diberikan dan disumbangkan kepada NU yang menjadi tanggung jawab di hadapan Allah. 

“Kami mohon kepada pemilik suara untuk betul-betul memperhatikan dan selektif pada bakal calon. Saya yakin PCNU, PWNU PCINU lebih pandai dan alim dari pada saya. Mari kembalikan NU pada norma yang sesuai Muasziz kita. Ulama besar telah menggariskan agar supaya NU bersih dari campur tangan duniawi,” tuturnya. 

 

Sosok seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Kholil, Syekh Muhammad Ihsan, Syekh Mahfudz at Turmudzi, Syekh Nawawi, Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi, Syekh Yasin Al Pandangi dan sosok ulama lainnya patut menjadi contoh dengan pengaruhnya hingga internasional.

“Beliau-beliau merupakan sosok yang dipilih oleh Allah SWT dan mempunyai jiwa ikhlas. Ini perlu kita contoh dalam kita memilih. Dan untuk itu, yang mungkin jadi alternatif pertimbangan bagi pemilik suara, Seperi KH Marzuki Mustamar, Gus Yusuf Tegalrejo, dan ada KH Mutawakkil Alallah dan calon lain yang mungkin,” terangnya. 

Dia pun menegaskan kembali, jika NU merupakan gerakan para ulama, sehingga jangan sampai terdapat istilah Risywah dalam pencalonan. Karena itu, harus benar-benar pandai untuk menjatuhkan suara kepada calon-calon yang memang tidak memakai sistem Risywah. 

“Ini adalah etika. Jatuhkan pilihan pada calon yang di ridhoi Allah, pertimbangkan calon-calon alternatif ini,” pungkasnya.



Anggara Sudiongko