Beranda

Eks Buronan Jadi Tamu Gedung Putih: Era Baru Hubungan AS-Suriah

Eks Buronan Jadi Tamu Gedung Putih: Era Baru Hubungan AS-Suriah
Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden sementara Suriah Ahmed Al-Sharaa (AFP PHOTO/SAUDI ROYAL PALACE/BANDAR AL-JALOUD)

Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa kunjungi AS, menandai hubungan bersejarah. Dari buronan menjadi sekutu global melawan ISIS, kunjungan ini membuka babak baru di Timur Tengah.

INDONESIAONLINE – Sebuah babak baru yang tak terduga dalam diplomasi internasional telah terbuka. Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa tiba di Amerika Serikat pada Sabtu malam (8/11/2025) untuk kunjungan resmi, menandai peristiwa bersejarah pertama kali seorang kepala negara Suriah menginjakkan kaki di tanah AS sejak kemerdekaan Suriah tahun 1946.

Kunjungan ini berpotensi merombak lanskap geopolitik Timur Tengah, terutama dalam upaya global memerangi terorisme dan rekonstruksi pasca-konflik.

Kedatangan Al Sharaa yang mengejutkan ini terjadi di tengah spekulasi intens tentang pergeseran kebijakan luar negeri Washington. Pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden Al Sharaa dijadwalkan bertemu dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (10/11/2025). Pertemuan ini menjadi puncak transformasi Al Sharaa dari seorang pemimpin pemberontak yang dicari menjadi sekutu potensial.

Dari ‘Hadiah Tangkap’ 10 Juta Dolar Menjadi Tamu Negara

Transformasi Ahmed Al Sharaa adalah salah satu kisah paling dramatis di panggung politik global. Ia dulunya merupakan figur sentral di balik Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang pernah dikaitkan dengan Al Qaeda, dengan “hadiah tangkap” sebesar 10 juta dollar AS dari Pemerintah AS.

Namun, pasca-penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada akhir 2024 oleh kelompoknya, Al Sharaa memulai langkah-langkah pragmatis yang cepat untuk merehabilitasi citra Suriah dan dirinya di mata dunia.

Washington merespons perubahan ini dengan mencabut status buronan terhadap Al Sharaa pada Desember tahun lalu. Puncaknya, pada Juli 2025, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio secara resmi menghapus HTS dari daftar organisasi teroris, sebuah keputusan yang menandakan kesediaan AS untuk terlibat dengan kepemimpinan Suriah yang baru.

Membangun Koalisi Global Melawan ISIS dan Rekonstruksi Miliaran Dolar

Agenda utama kunjungan Al Sharaa ke Washington tidak hanya sebatas normalisasi hubungan. Thomas J. Barrack Jr., utusan khusus AS untuk Suriah, dalam pidatonya di Manama Dialogue di Bahrain, menyatakan harapan bahwa kunjungan ini akan berujung pada penandatanganan kesepakatan Suriah untuk bergabung dengan koalisi internasional pimpinan AS melawan ISIS.

Koalisi ini saat ini beranggotakan 88 negara dan Suriah dipandang sebagai aktor kunci dalam penumpasan sisa-sisa kelompok ekstremis di wilayahnya.

Selain isu keamanan, rekonstruksi Suriah pasca-perang saudara selama 14 tahun menjadi prioritas. Menteri Luar Negeri Suriah Asaad Hassan Al Shaibani menegaskan bahwa “rekonstruksi menjadi salah satu agenda utama pembicaraan di Amerika Serikat.”

Bank Dunia memperkirakan biaya rekonstruksi Suriah mencapai setidaknya 216 miliar dollar AS (sekitar Rp 3.604 triliun), sebuah “perkiraan konservatif terbaik” mengingat skala kerusakan infrastruktur dan ekonomi. Al Sharaa diperkirakan akan mencari dukungan finansial yang masif dari AS dan sekutunya.

Isyarat dukungan terlihat dari laporan Reuters dan AFP yang menyebut Washington sedang menyiapkan kehadiran militer di pangkalan udara Damaskus, bagian dari pakta keamanan yang sedang dibangun antara Suriah dan Israel.

Operasi Keamanan Domestik Beriringan dengan Kunjungan Diplomatik

Bertepatan dengan kunjungan Al Sharaa ke AS, Kementerian Dalam Negeri Suriah melancarkan operasi keamanan besar-besaran di dalam negeri. Pada Sabtu (8/11/2025), pasukan keamanan Suriah melakukan 61 penggerebekan di berbagai wilayah termasuk Aleppo, Idlib, Hama, Homs, dan pinggiran Damaskus.

Menurut kantor berita SANA, operasi tersebut berhasil menangkap setidaknya 71 orang dan menyita sejumlah bahan peledak serta senjata. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri menyatakan operasi ini adalah bagian dari “upaya nasional berkelanjutan untuk memerangi terorisme dan melindungi keselamatan publik,” menunjukkan komitmen Suriah dalam membersihkan wilayahnya dari sisa-sisa sel ISIS.

Ini adalah kunjungan kedua Al Sharaa ke AS. Sebelumnya, ia menghadiri Sidang Umum PBB di New York pada September 2025, menjadi Presiden Suriah pertama dalam 58 tahun yang berbicara di forum global tersebut, yang kemudian diikuti dengan pencabutan sanksi Dewan Keamanan PBB terhadapnya. Kunjungan kali ini menegaskan kembalinya Suriah ke panggung internasional dengan Al Sharaa sebagai arsitek era barunya.

Exit mobile version