Beranda

Era Baru PSG: Raih Gelar Ligue 1 ke-13 Tanpa Terkalahkan, Transformasi Kolektif di Bawah Enrique Jadi Kunci

Era Baru PSG: Raih Gelar Ligue 1 ke-13 Tanpa Terkalahkan, Transformasi Kolektif di Bawah Enrique Jadi Kunci
Paris Saint-Germain (PSG) memastikan dominasi mereka di kancah domestik dengan mengunci gelar juara Liga Prancis (Ligue 1) musim 2024/2025 secara impresif (trigger)

INDONESIAONLINE – Paris Saint-Germain (PSG) memastikan dominasi mereka di kancah domestik dengan mengunci gelar juara Liga Prancis (Ligue 1) musim 2024/2025 secara impresif. Kemenangan tipis 1-0 atas Angers di Parc des Princes, Sabtu (6/4/2025), melalui gol tunggal bintang muda Desire Doue (menit ke-55), sudah cukup untuk memastikan mahkota ke-13 bagi Le Parisien, sekaligus yang keempat berturut-turut, saat kompetisi masih menyisakan enam pertandingan.

Yang membuat pencapaian musim ini terasa istimewa adalah status tak terkalahkan (invincible) yang masih disandang PSG hingga pekan ke-28. Prestasi ini menandai transformasi signifikan di bawah arahan pelatih Luis Enrique, yang berhasil membangun tim yang lebih solid, kolektif, dan tidak lagi bergantung pada satu mega bintang setelah kepergian Kylian Mbappe ke Real Madrid.

Berbeda dengan musim-musim sebelumnya di mana kehebatan individu sering menutupi celah tim, Enrique memilih untuk tidak mencari pengganti langsung Mbappe. Sebaliknya, ia mendorong kontribusi merata dari seluruh skuad.

Hasilnya, pemain seperti Bradley Barcola (18 gol) dan sang penentu gelar, Desire Doue (11 gol), muncul sebagai sumber gol baru yang vital. Terbukti, empat pemain PSG kini telah mencetak dua digit gol, dua kali lipat dari musim lalu, menunjukkan serangan yang lebih merata.

Kedisiplinan tanpa pandang bulu menjadi pilar lain rezim Enrique. Keputusannya mencadangkan Ousmane Dembele dalam laga krusial Liga Champions karena alasan disiplin mengirim pesan tegas. Menariknya, Dembele merespons dengan performa luar biasa pasca insiden tersebut, kini memuncaki daftar top skor Ligue 1 (21 gol) dan mencetak 32 gol di semua ajang, menjadi bukti transformasi positif sang pemain.

Meskipun menjauh dari era “galactico”, PSG tetap cerdas di bursa transfer. Kedatangan Khvicha Kvaratskhelia dari Napoli senilai 70 juta euro terbukti jitu. Pemain Georgia ini tidak hanya menyumbang gol dan assist, tetapi juga menunjukkan etos kerja tinggi dengan aktif membantu pertahanan, sesuai filosofi Enrique. Fleksibilitasnya menambah variasi serangan tim.

Kontribusi signifikan juga datang dari bangku cadangan. Gonçalo Ramos menjadi contoh “super-sub” ideal, menerima perannya dengan profesional dan selalu siap memberikan dampak, terbukti dengan torehan 14 golnya. Sementara itu, Desire Doue (19 tahun), yang didatangkan dengan harga signifikan dari Rennes (50 juta euro), membuktikan kepercayaan Enrique dengan penampilan matang, kemampuan improvisasi, dan gol-gol krusial.

Kedalaman skuad memungkinkan Enrique melakukan rotasi efektif untuk menjaga kebugaran pemain di tengah jadwal padat. Namun, diakui pula bahwa dominasi PSG musim ini juga terbantu oleh kurang konsistennya para rival domestik.

Tim seperti Monaco, Lille, Marseille, dan Lyon gagal memberikan perlawanan berarti, sebagian karena fokus berbeda atau masalah internal. Kesenjangan finansial yang signifikan antara PSG (anggaran ~600 juta euro) dengan klub Ligue 1 lainnya (100-200 juta euro) tetap menjadi faktor struktural yang mendukung superioritas skuad mereka.

Dengan fondasi yang dibangun pada kolektivitas, disiplin, dan perpaduan talenta muda serta pemain berpengalaman, PSG era Luis Enrique tidak hanya mengamankan gelar, tetapi juga menunjukkan arah baru yang menjanjikan untuk masa depan klub ibu kota Prancis tersebut.

Exit mobile version