Israel Kembali Kepung Gaza, Larang Jurnalis Masuk Gaza

INDONESIAONLINE – Gaza kembali dalam situasi yang sangat mengerikan. Militer Israel mengklaim jika pasukannya telah berhasil masuk lebih jauh ke wilayah utara Gaza untuk “menuntaskan pengepungan Kota Gaza.”

Menurut Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari, tentara Israel telah menghancurkan instalasi dan infrastruktur militer Hamas, saat berhasil masuk ke Kota Gaza dari berbagai arah.

Diketahui jika Gaza merupakan fokus operasi utama Israel untuk membasmi kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza.

Lebih lanjut Hagari menekankan bahwa perang Israel ini semata-mata adalah untuk melawan para militan Hamas. “Saya ingin menegaskan satu hal,” katanya. “Israel berperang dengan Hamas. Israel tidak berperang dengan warga sipil di Gaza,” tegas Hagari dikutip dari Reuters Jumat, (3/11/2023).

Adapun hal itu buntut penyerangan Hamas pada Sabtu, (7/10/2023) pada Israel yang menewaskan setidaknya 1.400 warga Israel dan menyandera lebih dari 230 orang. Sejak saat itu, Israel melakukan serangan udara bertubi-tubi dan memperluas operasi daratnya di Gaza.

Sementara itu, DW berbicara dengan Christopher Resch, seorang jurnalis dari organisasi Reporter Tanpa Batas Negara, RSF, tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi wartawan dalam melakukan peliputan dari Jalur Gaza.

Sebelum serangan 7 Oktober ini, jurnalis harus mendapat izin dari Israel untuk bisa masuk ke Jalur Gaza. Namun, sejak konflik terbaru Israel-Hamas ini, “Otoritas Israel sama sekali tidak mengizinkan wartawan masuk ke Jalur Gaza,” ungkap Resch.

“Peliputan sebetulnya membantu memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia internasional dan hukum kemanusiaan,” sembari mencegah terjadinya pelanggaran lebih lanjut, jelas Resch. “Hal ini bisa menjadi sangat penting dan menyelamatkan banyak nyawa saat konflik terjadi,” tambahnya.

“Kami membutuhkan pelaporan independen dari dalam wilayah itu,” tegas Resch.

Ia juga mengatakan bahwa Israel memiliki tanggung jawab untuk tidak menargetkan warga sipil di Gaza, termasuk para jurnalis.

“Inilah sebabnya mengapa kami baru saja mengajukan pengaduan dua hari yang lalu ke Mahkamah Pidana Internasional ICC, yang merinci kemungkinan, saya ulangi, kemungkinan adanya kejahatan perang ketika menargetkan wilayah-wilayah sipil,” dan juga “menargetkan, yang pada akhirnya membunuh jurnalis Palestina.”

Dalam perang ini, Israel mendapat dukungan penuh dari AS. Bahkan, kedua negara tersebut pada Jumat, (3/11/2023) waktu setempat telah melakukan pertemuan.

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken mengatakan bahwa pembicaraannya dengan para pemimpin Israel pada hari ini mencakup “langkah-langkah konkret yang dapat dan harus diambil untuk meminimalkan dampak” bagi warga sipil di Gaza.

“Saat saya melihat seorang anak Palestina… diangkat dari reruntuhan bangunan yang hancur, itu sangat menyentuh hati saya, sama halnya dengan melihat seorang anak di Israel atau di tempat lain,” kata Blinken.

“Ini merupakan kewajiban kita untuk meresponsnya dan kami akan memastikan itu,” ungkap Blinken, saat berbicara kepada para wartawan sebelum meninggalkan Washington pada hari Kamis (02/11) untuk melakukan perjalanan keduanya ke Timur Tengah, sejak konflik Israel-Hamas memanas pada 7 Oktober lalu.

AS telah menjanjikan dukungan penuh kepada Israel, sementara pada saat yang sama juga menyerukan “jeda” kemanusiaan, untuk memberikan kesempatan bagi bantuan masuk dan memungkinkan adanya evakuasi korban.

“Apa yang kami coba lakukan adalah menjajaki gagasan adanya jeda sebanyak yang mungkin diperlukan, untuk dapat menyalurkan bantuan dan terus berusaha mengeluarkan orang-orang dengan selamat, termasuk para sandera,” kata juru bicara keamanan nasional John Kirby kepada para wartawan.

GazaIsraelPalestina