INDONESIAONLINE – Julianto Eka Putra pemilik sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu telah ditetapkan menjadi tersangka dugaan kasus pelecehan seksual. Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap minat masyarakat?

Hal ini rupanya berimbas pada jumlah peminatnya. Bagaiman tidak, jika sebelumnya dalam satu angkatan sekolah ini mampu menampung hingga 90 siswa, kenyataannya kini tidak banyak yang tertarik masuk di sekolah SMA SPI kota Batu. 

Pada penerimaan siswa baru ini hanya menerima 40 siswa. “Kuota penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2022/2023, menerima sebanyak 40 siswa,” ungkap Kepala Sekolah SMA SPI Kota Batu, Risna Amalia Ulfa.

Jumlah tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Terdiri dari 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan. “Mereka seluruhnya merupakan anak yatim piatu yang kurang mampu,“ imbuh Risna.

Sebelum dinyatakan lolos sebagai siswa baru SMA SPI, 40 peserta didik baru tersebut sudah menjalani serangkaian seleksi. “Tanggal 18 Juli mulai dilakukan pembelajaran di tahun ajaran baru,” terang Risna.

Baca Juga  Hari Pahlawan, UIN Malang Khidmat Kenang Jasa Pahlawan

Pada tahun ajaran baru ini, sistem pembelajaran sudah menggunakan sistem offline. Antara guru dan siswa bisa bertemu secara langsung untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

Selain dari Indonesia, peserta didik di SMA tersebut juga berasal dari luar negeri. Salah satunya adalah Kamboja, yang beberapa tahun ini pemerintahnya rutin mengirimkan peserta didiknya ke SMA tersebut. Sayangnya, tahun ini peserta didik baru dari Kamboja masih tersendat urusan visa.

“Jika pada 18 Juli nanti saat awal masuk sekolah mereka sudah bisa datang, maka akan langsung ikut dalam pembelajaran. Namun jika belum bisa datang, dimungkinkan akan kembali diurus di tahun ajaran baru,” tambah Risna.

Sementara itu berkurangnya minat siswa tersebut lantaran pandemi Covid-19, juga adanya dugaan kasus yang menimpa JEP. Bahkan hingga membuat beberapa donatur menghentikan donasinya di sana.

Baca Juga  Dewan Pendidikan Banyuwangi Minta Pemerintah Siapkan Fasilitas Pendukung Merdeka Belajar

Menurutnya meski saat ini JEP tengah mendekam di balik tahanan di Lapas Kelas 1 Malang, pihaknya berusaha sebaik mungkin agar proses belajar mengajar tidak terganggu. Sehingga para peserta didik selalu dalam kondisi yang nyaman.

Tentu kondisi psikologis siswa di sana lanjut Risna terganggu lantaran adanya tekanan dari luar. “Kami tetap berusaha agar pembelajaran di sini tetap normal dan berjalan lancar,” terang Risna.

Sedang, dalam kasus dugaan pelecehan seksual JEP bakal menjalani agenda persidangan KE 20 pada Rabu, 20 Juli 2022 mendatang dengan agenda tuntutan oleh jaksa penuntut umum. Bahkan saat ini JEP juga dilaporkan dengan kasus baru.

Kasus baru ini adalah eksploitasi ekonomi anak. Beberapa saat lalu, Polda Jatim sudah melakukan olah tempat kejadian perkara di SPI Kota Batu.