Selami Fest for Music 2025 di Rooftop Dinoyo Mall, Malang. Festival unik ini memadukan musik dan seni visual, menjadi barometer kreativitas anak muda. Jelajahi kolaborasi Grrrl Gang, The Polar Bears, dan seniman lokal yang mendorong batas ekspresi. Temukan bagaimana Malang merayakan seni.
INDONESIAONLINE – Di jantung Jawa Timur, tepatnya di Kota Malang, denyut nadi kreativitas tak pernah berhenti berdesir. Dari gang-gang sempit penuh mural hingga panggung-panggung independen yang bergema, Malang telah lama diakui sebagai salah satu simpul penting dalam jejaring ekonomi kreatif nasional.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur tahun 2023, sektor ekonomi kreatif memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Malang, dengan subsektor musik dan seni pertunjukan menunjukkan pertumbuhan minat yang konsisten, terutama di kalangan generasi muda.
Inilah panggung di mana ide-ide tak lazim menemukan suaranya, dan pada Sabtu, 13 September 2025 mendatang, panggung itu akan kembali berpendar lebih terang melalui Fest for Music 2025.
Bukan sekadar deretan konser, Fest for Music adalah sebuah manifesto. Sebuah eksperimen sensori yang memadukan getar akustik dengan bisikan visual, menciptakan simfoni baru yang belum pernah terjamah.
Rooftop Dinoyo Mall akan bertransformasi menjadi kanvas raksasa, tempat melodi berdialog dengan warna, dan ritme menari bersama bentuk.
Adi Cantika, Program Director Fest for Music, menukilkan visinya dengan tegas, seolah memahat pesan di udara Malang yang sejuk: “Visi utama kami sederhana tapi bermakna, yaitu to create valuable event. Tidak hanya menyenangkan, tapi juga membawa kebermanfaatan.”
Pernyataan ini bukan bualan kosong. Di tengah hiruk-pikuk festival yang kian menjamur, Fest for Music hadir sebagai oase, sebuah wadah kolaborasi yang mengalirkan manfaat bagi penikmat seni, seniman, hingga pelaku industri kreatif lokal.
Survei Kemenparekraf RI tahun 2022 menunjukkan bahwa festival dengan konsep kolaboratif dan pemberdayaan komunitas memiliki dampak ekonomi dan sosial yang lebih besar, menarik minat partisipasi anak muda hingga 70% dari total pengunjung.
Mengusung tajuk enigmatik ‘Terjadi Visual’, festival ini menjelajahi sejauh mana musik, yang seringkali dianggap abstrak, dapat direspons melalui karya visual yang konkret. Ini bukan tentang dekorasi panggung semata, melainkan sebuah medium eksperimental di mana setiap pukulan drum, setiap petikan senar, dan setiap lirik menemukan gema visualnya.
Sebuah upaya dekonstruksi dan rekonsruksi seni, di mana pendengaran dan penglihatan menyatu dalam satu pengalaman holistik.
Sebelum puncak perayaan tiba, sebuah pra-event yang tak kalah menarik telah disiapkan. Karya-karya visual dari talenta muda kampus ternama di Malang akan dipamerkan, menjadi bukti nyata mekar suburnya kreativitas di kota pendidikan ini.
Posko Visual Universitas Negeri Malang (POVI UM) dan Madfest Universitas Brawijaya (UB) turut ambil bagian, mempersembahkan narasi visual mereka. Seluruh aset desain Fest for Music sendiri dipercayakan kepada tim kreatif Satuvisual, yang berani mengangkat tema perlawanan dan kritik sosial, sebuah cerminan atas kegelisahan estetis generasi kini.
Tak hanya pameran, pra-event juga menghadirkan tiga sesi talkshow yang dikemas untuk meruntuhkan sekat, mempertemukan band dengan penggemar secara lebih intim.
“Meski ada barikade secara fisik, kami ingin menghadirkan kedekatan nyata antara performer dan audiens,” jelas Cantika, menekankan pentingnya interaksi personal di era digital.
Suara lantang dari band The Polar Bears juga akan menggema di pra-event, sekaligus menjadi intro manis bagi album terbaru mereka yang siap dirilis di main event nanti.
Puncak Fest for Music 2025 di Rooftop Dinoyo Mall menjanjikan ekstravaganza yang lebih besar. Energi independen akan menyala dengan kedatangan Grrrl Gang, unit indie asal Yogyakarta yang dikenal dengan lirik tajam dan melodi adiktif mereka.
Bersama Grrrl Gang, sejumlah band lokal Malang juga akan turut tampil, menegaskan posisi Malang sebagai lumbung musisi berbakat. Ini adalah perayaan besar bagi dunia musik dan seni visual, sebuah altar tempat ekspresi bebas bertahta.
Visi jangka panjang Adi Cantika tak berhenti di satu titik. Fest for Music diharapkan menjadi acara tahunan, sebuah kalender wajib bagi para pecinta seni. Lebih jauh lagi, semangat kolaborasi meluas hingga ranah ekonomi kreatif.
Pihaknya berencana menggandeng UMKM lokal, membuka lapak merchandise sebagai bentuk dukungan nyata terhadap roda ekonomi akar rumput.
Studi oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2023 menunjukkan bahwa keterlibatan UMKM dalam festival besar mampu meningkatkan omset mereka hingga 30-50%, sekaligus memperluas jangkauan pasar. Ini adalah ekosistem yang saling menguntungkan, dari seniman hingga pengrajin, dari musisi hingga pedagang kecil.
“Nikmati setiap momen, karena suara bisa hilang, tapi seni akan selalu bicara,” pesan Cantika, merangkum esensi festival ini dalam kalimat yang puitis dan mendalam.
Fest for Music 2025 adalah lebih dari sekadar event; ia adalah jembatan penghubung antara masa lalu yang penuh sejarah seni, masa kini yang bergejolak ide, dan masa depan yang penuh potensi. Sebuah perayaan di mana notasi bertemu kanvas, dan Malang kembali membuktikan diri sebagai simfoni tak berujung dari inovasi dan kreativitas.
Jangan sampai terlewatkan, karena Rooftop Dinoyo Mall akan menjadi saksi bisu dari magi yang terlahir (hs/dnv).