INDONESIAONLINE – Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari (Minha) di Jombang sudah dibuka untuk para wisatawan. Ratusan benda peninggalan sejarah perjalanan Islam di Indonesia disuguhkan untuk para pengunjung di museum tersebut. Apa saja?

Minha berada di kawasan wisata religis makam Gus Dur  (KH Abdurrahman Wahid) di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Lokasi ini masih satu kawasan dengan dengan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Bangunan Minha yang berdiri di atas lahan Pemkab Jombang seluas 4,9 hektare ini menyimpan sedikitnya 200 koleksi barang peninggalan sejarah Islam di Indonesia. Ratusan koleksi itu dibagi di tiga lantai.

Sebanyak 120 koleksi berada di lantai satu, 70 koleksi berada di lantai dua dan di lantai tiga ada 30 buah koleksi. Namun, aktivitas museum baru dibuka untuk lantai satu atau lantai dasar.

“Sementara yang kita punya di lantai satu itu ada 120 koleksi. Di lantai dua dan tiga ada koleksi naskah-naskah kuno dan koleksi penunjang. Totalnya di tiga lantai ini ada 200 buah koleksi,” kata Koordinator Minha Wicaksono Dwi Nugroho kepada wartawan, Sabtu (23/07/2022).

Menurut Wicaksono, masing-masing lantai merepresentasikan perjalanan Islam di Indonesia dari masa ke masa. Koleksi di lantai satu atau lantai dasar ini menyimpan 120 barang koleksi dari perkembangan tahap awal islam di Bumi Nusantara Abad 11-19 Masehi.

Seperti salah satunya replika nisan Fatimah binti Maimun dari tahun 1080 yang ditemukan di Gresik, Jawa Timur. Benda tersebut sebagai bukti adanya penyebaran Islam di Nusantara pada Abad 11 Masehi. 

Baca Juga  Pasar Bambu di Jombang Bikin Pengunjung Nostalgia Masa Lalu, Kulinernya Jadul Baget!

Selain itu, koleksi lainnya di lantai dasar ini berupa kitab-kitab kuno para ulama dari berbagai penjuru Nusantara, artefak, perhiasan, mata uang Islam, prasasti, pakaian hingga hasil rempah-rempah yang dijual oleh saudagar Islam kala itu.

Di lantai bawah ini, semua koleksi ditata rapi sesuai dengan daerah asal benda tersebut ditemukan. Mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Papua.

“Kita mencoba menggambarkan bukti-bukti artefak masuknya Islam di Nusantara. Mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara. Nah itu buktinya apa saja. Selain artefak, kami juga menggambarkan arsitekturnya,” terang Wicaksono.

Selanjutnya, lantai dua dan tiga diisi dengan penunjang koleksi dari Abad 20 Masehi. Yaitu zaman pergerakan munculnya organisasi Islam sebelum kemerdekaan. Dan di lantai tiga menggambarkan perkembangan Islam di Abad 21.

Dikatakan Wicaksono, 200 koleksi di Minha ini tidak semunya asli. Sebanyak 30 persen di antaranya berupa replika karena alasan keamanan.

“Konsepnya kan nanti beberapa koleksi dari seluruh Indonesia yang berkaitan dengan Islam dikumpulkan di Minha. Cuma kami lagi atur segi keamanan. Kemudian segi kelembapan itu kami upayakan dulu. Sampai nanti Minha sudah kondusif, kami taruh sini. Kalau persentasenya, ada 30 persen duplikat, 70 persen asli,” kata Wicaksono yang juga seorang arkeolog.

Kendati begitu, museum ini diperkuat dengan narasi-narasi sejarah tentang perjalanan Islam dari awal Nusantara hingga terbentuknya negara Indonesia. Narasi sejarah itu tertuang pada infografis pada setiap koleksi di dalam ruangan museum.

Baca Juga  Hadapi Gelombang Ke-3 Covid, Mas Dhito Tutup Semua Tempat Pariwisata dan Minta Warga Patuhi Prokes

“Justru sebenarnya kekuatan di Minha itu narasinya ya. Narasi yang ingin kita sampaikan tentang perjalanan Islam di Nusantara sampai menjadi Indonesia. Kemudian narasi tentang Gus Dur (Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid) sampai ke KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama),” ungkapnya.

Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari (Minha) ini sempat dibuka dengan uji coba pada November 2021. Itu pun hanya untuk Sabtu dan Minggu. Kini Minha bisa dinikmati wisatawan setiap hari mulai pukul 08.30-15.30 WIB. Pasalnya, museum yang berada di kawasan wisata religi makam Gus Dur itu sudah dibuka permanen sejak 10 Juni 2022

Antusiasme pengunjung pun mulai ramai. Dari data yang diterima wartawan, museum ini sudah dikunjungi 6.000 wisatawan sejak Juni-Juli 2022.

Salah satu pengunjuk, Delima’ami (21), mengaku senang dengan adanya Minha di Jombang. Warga Kecamatan Diwek itu mengaku mendapatkan informasi akurat ihwal perjalanan masuknya Islam di Nusantara.

“Saya baru pertama ke sini. Koleksinya ini mencakup semua perkembangan atau sejarah perkembangan Islam di Nusantara,” ucapnya.

Hal senada juga dirasakan oleh Syaiful Nasikhin (20). Wisatawan asal Paciran, Lamongan, ini menyempatkan berkunjung ke Minha setelah berziarah ke makam Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Bagus museumnya. Bisa menambah wawasan kita tentang sejarah dan peradaban Islam,” pungkasnya.