INDONESIAONLINE – Aktris muda Arawinda Kirana menyebut dirinya mengindap vaginismus. Usai menjadi korban kekerasan seksual seperti yang diungkapnya dalam kasus pelakor, Arawinda mengaku sakitnya semakin memburuk.
Arawinda mengaku sudah lama mengindap vaginismus. Namun, setelah ada peristiwa yang disebutnya pemerkosaan kepadanya dalam kasus yang viral di 2022 lalu, rasa sakitnya bertambah.
“Rasa sakitnya bertambah sepuluh kali lipat. Saya masih berjuang melawannya hingga saat ini, dan bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang yang memahaminya,” tulis Arawinda melalui akun Instagram-nya, Sabtu (9/9/2023).
Lantas, apa sebenarnya vaginismus yang diindap Arawinda itu?
Apa Vaginismus
Vaginismus adalah kondisi di mana otot di sekitar vagina mengencang dengan sendirinya saat terjadi penetrasi seksual. Kondisi ini membuat penis tidak bisa penetrasi.
Gangguan ini tidak mempengaruhi gairah seksual wanita, namun tentu saja akan menghambat hubungan intim. Saat pasangan ingin melakukan penetrasi, otot vagina secara tidak sadar akan mengencang dan penis menjadi seperti ‘terjepit’.
Penyebab vaginismus hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat sejumlah faktor fisik dan non-fisik (mental) yang diduga berperan terhadap terjadinya kelainan ini.
Penyebab Vaginismus
Berikut ini penyebab vaginismus non-fisik:
• Adanya ketakutan untuk berhubungan intim, seperti takut hamil atau takut sakit.
• Sedang merasa gelisah atau stres.
• Adanya isu dengan pasangan, seperti kekerasan, ketidakpercayaan, hubungan yang sudah menjauh, dan lain-lain.
• Pernah mengalami kejadian traumatis, seperti pemerkosaan atau kekerasan.
• Pengalaman masa kecil, seperti cara didik orangtua atau paparan gambar seksual.
Sementara itu, penyebab vaginismus fisik, meliputi hal-hal sebagai berikut:
• Mengidap kondisi medis tertentu.
• Dampak setelah persalinan.
• Perubahan fisik terkait usia.
• Trauma pada pelvis.
• Efek samping dari obat-obatan.
Menurut Halodoc, wanita yang pernah mengalami kekerasan seksual atau trauma, memiliki masalah dengan pasangannya, takut hamil, dan trauma dengan hubungan intim pertama yang menyakitkan, berisiko tinggi mengalami vaginismus. Gangguan seksual ini sendiri bisa berlangsung seumur hidup (primer) atau hanya sementara waktu (sekunder).
Gejala Vaginismus
Gejala yang dialami gangguan seksual ini bisa bergantung dari tingkat keparahannya. Berikut ini beberapa gejalanya:
– Hubungan seksual yang terasa amat sakit (dispareunia) dengan sesak dan nyeri yang mungkin terasa terbakar atau menyengat.
– Kesulitan atau bahkan tidak bisa melakukan penetrasi.
– Nyeri seksual jangka panjang dengan atau tanpa penyebab yang diketahui.
– Rasa sakit saat memasang tampon.
– Rasa sakit saat pemeriksaan ginekologis.
– Mengalami kejang otot atau berhenti bernapas saat mencoba penetrasi.
– Ketakutan melakukan hubungan seksual dan penurunan hasrat seksual terkait penetrasi.
Demikian beberapa gejala vaginismus yang diakui dialami oleh Arawinda. Jika kamu mengalami gejala vaginismus seperti terutama jika merasakan sakit saat hubungan seks atau nyeri saat memasukkan tampon, sebaiknya segera temui dokter (bn/dnv).