INDONESIAONLINE – Lagi ramai klaim yang menyebut nasi putih beku lebih sehat dibandingkan nasi putih hangat. Bahkan, beberapa video di TikTok menyatakan nasi yang telah didinginkan bisa menurunkan kadar kalori hingga 50-60 persen. Namun, benarkah demikian?
Untuk meluruskan informasi itu, dr Dion Haryadi, seorang dokter umum sekaligus certified nutrition & health coach, memberikan penjelasan ilmiah mengenai perubahan kandungan pati dalam nasi saat mengalami pendinginan.
“Saya izin meluruskan. Kamu perlu tahu dulu bahwa nasi mengandung dua jenis pati, yakni pati mudah diserap dan pati resisten. Nah, proses mendinginkan nasi dapat meningkatkan kandungan pati resistennya,” jelas dr Dion dikutip dari Instagramnya, @dionharyadi, Rabu (5/3/2025).
Pati resisten merupakan jenis pati yang tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga dapat memperlambat lonjakan gula darah. Menurut dr Dion, efek ini tidak hanya terjadi pada nasi putih, tetapi juga pada makanan lain seperti roti.
“Semakin tinggi pati resistennya, semakin lambat juga lonjakan gula darah saat kita konsumsi karena pati tersebut tidak bisa dicerna oleh tubuh kita,” ujarnya.
Ia juga merujuk pada penelitian yang dilakukan di Universitas Indonesia berjudul “Effect of Cooling of Cooked White Rice on Resistant Starch Content and Glycemic Response” oleh Steffi Sonia dkk (PMID: 26693746). Penelitian ini menemukan bahwa nasi yang telah didinginkan, bahkan dibekukan dan kemudian dipanaskan ulang, memang memiliki respons glikemik yang lebih rendah dibandingkan nasi hangat.
Namun, menurut dr Dion, peningkatan pati resisten ini sebenarnya tidak signifikan. “Kalau dari data yang ada, peningkatannya itu nggak terlalu banyak. Dari 0,6 gram per 100 gram nasi menjadi 1,6 gram per 100 gram nasi,” jelasnya.
Meski memiliki efek menurunkan lonjakan gula darah, klaim bahwa nasi dingin memiliki kalori yang jauh lebih rendah dinilai tidak akurat.
“Nah, ini yang ingin saya luruskan. Sering kali ada misinformasi bahwa nasi putih yang didinginkan itu bisa memiliki kandungan kalori yang jauh lebih rendah. Padahal sebenarnya nggak. Jumlah kalorinya itu nggak beda jauh dan tetap harus dikonsumsi secukupnya,” jelasnya.
Bahkan, dr Dion mengkritik klaim yang menyebut nasi dingin bisa mengurangi kalori hingga 50-60 persen.
“Kalau benar sampai segitu, terus makannya jadi dua kali lipat lebih banyak kan? Ya, sama aja,” ujarnya, bercanda.
Menurut dr Dion, nasi putih hangat sebenarnya tidak kalah sehat jika dikonsumsi dengan cara yang benar.
“Kalau dikonsumsi dengan lauk yang lengkap dan seimbang, nasi putih hangat juga nggak akan meningkatkan lonjakan gula darah secara berlebihan,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa penelitian yang dilakukan biasanya hanya melihat efek nasi putih saja, tanpa kombinasi dengan makanan lain. “Siapa di sini yang makannya cuma nasi putih doang? Kan pasti ada sayur dan lauk pauknya juga. Dan itu semua akan menurunkan indeks glikemik dari makanan yang kita konsumsi,” tambahnya.
Pada akhirnya, dr Dion menyimpulkan baik nasi dingin maupun nasi panas sama-sama bisa menjadi pilihan yang sehat, tergantung kenyamanan dan kebiasaan masing-masing.”Kalau makan nasi yang sudah dibekukan itu bikin hidupmu lebih praktis, ya monggo. Nggak lebih sehat, tapi bisa mempermudah hidupmu, silakan lanjutkan,” kata dia.
“Tapi kalau kamu lebih nyaman makan nasi yang baru dimasak, yang masih anget-anget, ya monggo, silakan. Itu juga oke,” lanjutnya.
Hal yang paling penting, sambung dr Dion, adalah pola makan secara keseluruhan dan mengonsumsi nasi putih dalam jumlah yang wajar. (bn/hel)