Beranda

Peraih Nobel Kedokteran Sebut Tubuh Makan Sel Rusak, Sel Kanker, hingga Sel Penuaan saat Lapar

Peraih Nobel Kedokteran Sebut Tubuh Makan Sel Rusak, Sel Kanker, hingga Sel Penuaan saat Lapar
Ilustrasi tubuh ketika lapar. (foto: istock)

INDONESIAONLINE – Ada mekanisme alami yang membuat sel-sel tubuh ‘memakan’ bagian-bagian yang rusak, termasuk sel kanker dan sel penuaan, saat tubuh lapar. Proses ini disebut autofagi yang ditemukan dan diteliti secara mendalam oleh ilmuwan Jepang Yoshinori Ohsumi.

Penelitian Ohsumi tentang autofagi membawanya meraih Penghargaan Nobel bidang fisiologi atau kedokteran pada 2016. Autofagi memungkinkan tubuh untuk bertahan hidup dalam kondisi sulit dengan mendaur ulang sel-sel yang sudah tidak berfungsi.

“Ketika sel-sel kita kekurangan nutrisi atau mengalami stres, mereka menggunakan autofagi untuk memakan komponennya sendiri,” kata Ohsumi, dilansir dari laman pbs.org.

“Dengan cara ini, sel dapat bertahan hidup lebih lama dan tetap berfungsi meskipun dalam kondisi sulit,” tambahnya.

Para ilmuwan pertama kali mendeskripsikan autofagi pada tahun 1960-an setelah menemukan lisosom, organel sel yang berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah. Lisosom mengandung enzim yang dapat memecah dan mendaur ulang bagian sel yang sudah tidak berfungsi. Namun, baru pada awal 1990-an, Ohsumi melakukan eksperimen penting menggunakan ragi roti yang kelaparan.

Ia menemukan bahwa saat sel kekurangan nutrisi, mereka tidak langsung mati, melainkan membentuk struktur khusus bernama autofagosom. Struktur ini bertugas menangkap bagian-bagian sel yang rusak, lalu mengantarkannya ke lisosom untuk dihancurkan dan didaur ulang menjadi energi atau bahan pembangun sel baru.

“Ketika saya mulai bekerja, mungkin hanya ada 20 makalah tentang autofagi yang terbit setiap tahun,” kata Ohsumi.

“Sekarang jumlahnya lebih dari 5.000. Ini perubahan yang sangat besar,” imbuhnya.

Autofagi tidak hanya membantu tubuh bertahan saat kelaparan, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kesehatan. Ahli biologi Maria Masucci dari Majelis Nobel menjelaskan bahwa autofagi membantu tubuh menghadapi berbagai tantangan.

“Dengan mendaur ulang sebagian isi sel, autofagi memungkinkan tubuh kita mengatasi kelaparan dan segala jenis stres,” ujarnya.

“Dengan menangkap virus dan bakteri yang menyerang, autofagi sangat penting untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi,” tambahnya.

Selain itu, autofagi membantu mencegah berbagai penyakit. Saat tubuh mengalami kelaparan, proses ini bisa menghancurkan sel-sel yang sudah tua, sel kanker, dan sel penuaan yang bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.

Namun, jika autofagi terganggu, sel-sel rusak akan menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit seperti Alzheimer dan diabetes tipe 2.

Sebaliknya, jika autofagi terlalu aktif, justru bisa menjadi masalah. Autofagi yang berlebihan dapat mendorong pertumbuhan sel kanker atau memungkinkan sel tumor bertahan dari obat-obatan. Inilah sebabnya para ilmuwan terus meneliti bagaimana mengontrol proses ini untuk mencegah penyakit.

Penemuan Ohsumi tentang autofagi telah mengubah pemahaman ilmuwan tentang bagaimana tubuh membersihkan dan memperbarui dirinya sendiri. Ia menjadi orang ke-39 yang memenangkan Hadiah Nobel bidang fisiologi atau kedokteran sebagai satu-satunya penerima. Ia juga menjadi peraih Nobel ke-23 dari Jepang, serta peraih Nobel bidang kedokteran keenam dari negara tersebut. (bin/hel)

Exit mobile version