Beranda

Ratu Suthida di SEA Games 2025: Bangkitkan Tradisi Layar Kerajaan

Ratu Suthida di SEA Games 2025: Bangkitkan Tradisi Layar Kerajaan
Ratu Thailand, Suthida, tidak hanya memimpin kontingen negara di pembukaan SEA Games 33, tetapi juga akan berkompetisi dalam ajang perahu layar keelboat SSL47, menunjukkan dedikasi luar biasa pada olahraga.(Instagram/@Thai Royal Family)

Ratu Thailand Suthida mencetak sejarah di SEA Games 33. Bukan sekadar seremoni, ia turun sebagai atlet layar di kelas SSL47, meneruskan warisan emas Raja Bhumibol.

INDONESIAONLINEGemuruh suara puluhan ribu penonton di Stadion Rajamangala, Bangkok, pada malam 9 Desember 2025, bukan sekadar sorakan seremonial biasa. Malam itu, batasan kaku antara protokoler istana dan semangat egalitarian olahraga mencair ketika Ratu Suthida Bajrasudhabimalalakshana memasuki arena.

Tidak duduk diam di tribun VVIP yang berpendingin udara, Sang Ratu justru berjalan tegap memimpin defile kontingen Thailand. Mengenakan seragam atlet nasional, ia mendampingi suaminya, Raja Maha Vajiralongkorn, membuka SEA Games ke-33. Namun, kedatangan Ratu Suthida membawa narasi yang jauh lebih dalam: ia hadir bukan sebagai penonton, melainkan sebagai kompetitor.

Ratu Thailand Suthida Bajrasudhabimalalakshana (ist)

Diplomasi Keelboat SSL47

Keikutsertaan anggota kerajaan dalam ajang olahraga bukanlah hal baru, namun partisipasi Ratu Suthida dalam cabang olahraga layar kategori keelboat SSL47 menarik perhatian khusus para pengamat olahraga maritim.

SSL47 (Star Sailors League) dikenal sebagai “monster” di lautan yang menuntut kekuatan fisik prima, strategi navigasi tingkat tinggi, dan kerja sama tim yang presisi. Kapal ini bukan yacht santai untuk pesiar. Dengan panjang 47 kaki, kapal ini dirancang untuk balapan kompetitif dengan kecepatan tinggi.

Berdasarkan jadwal resmi panitia pelaksana, Ratu Suthida akan bertanding di Ocean Marina Yacht Club, Chonburi, mulai 15 hingga 18 Desember 2025. Peran Sang Ratu sebagai navigator dalam timnya menepis anggapan bahwa ini hanyalah gimmick kerajaan.

Posisi navigator dalam keelboat adalah otak dari kapal—menentukan sudut angin, strategi manuver, dan keputusan sepersekian detik yang krusial.

Meneruskan Warisan “Raja Pelayar”

Langkah Ratu Suthida ini membangkitkan memori kolektif rakyat Thailand terhadap mendiang Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX). Data sejarah mencatat, Raja Bhumibol adalah atlet layar sejati yang pernah memenangkan medali emas di Southeast Asian Peninsular (SEAP) Games 1967—cikal bakal SEA Games—di kelas OK Dinghy.

“Kehadiran Ratu Suthida di perairan Chonburi adalah simbolisasi kuat dari kesinambungan tradisi. Ini mengingatkan publik pada era emas Raja Rama IX yang tidak hanya memimpin negara, tetapi juga menaklukkan ombak,” ujar salah satu pengamat budaya Thailand.

Jika Raja Bhumibol merancang dan membangun kapalnya sendiri, Ratu Suthida membawa pendekatan modern dengan penguasaan teknologi navigasi pada kapal one-design berstandar internasional. Ini adalah evolusi citra monarki Thailand: menghormati tradisi, namun beradaptasi dengan modernitas kompetisi global.

Bukan Atlet Karbitan

Validitas Ratu Suthida sebagai atlet diperkuat oleh rekam jejak fisiknya yang disiplin. Sebelum terjun ke kompetisi layar SEA Games 2025, Ratu berusia 47 tahun ini telah membuktikan ketahanan fisiknya di daratan.

Pada 30 November 2025, hanya seminggu sebelum pembukaan SEA Games, ia menyelesaikan lari half marathon sejauh 21 kilometer. Catatan ini penting sebagai indikator VO2 max dan stamina, dua elemen vital yang dibutuhkan saat mengendalikan layar berat di tengah hembusan angin laut Teluk Thailand.

Kombinasi antara disiplin militer—mengingat latar belakangnya sebagai perwira tinggi di Unit Keamanan Kerajaan—dan dedikasi atletik, menjadikan Ratu Suthida figur yang mengintimidasi sekaligus menginspirasi di arena lomba.

Simbolisme di Stadion Rajamangala

Momen ketika Ratu Suthida menaiki kendaraan listrik kerajaan bersama para atlet, lalu menyaksikan video penghormatan untuk Ibu Suri Sirikit, menegaskan posisinya sebagai jembatan antargenerasi. Ia membawa keanggunan Ratu Sirikit, namun dengan fisik tangguh layaknya atlet milenial.

Bagi kontingen Thailand, kehadiran Ratu di tengah-tengah mereka bukan lagi sekadar simbol negara yang jauh di menara gading. Ia adalah rekan satu tim (teammate) yang berbagi keringat, risiko cedera, dan ambisi untuk mengibarkan bendera Thong Trairong di podium tertinggi.

Di SEA Games 2025, Thailand tidak hanya menjadi tuan rumah pesta olahraga. Melalui Ratu Suthida, mereka mengirimkan pesan diplomasi publik yang kuat ke seluruh Asia Tenggara: bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang memberi contoh, bahkan jika itu berarti harus bertarung langsung di tengah kerasnya ombak lautan.

Exit mobile version