INDONESIAONLINE – Peta kekuatan ekonomi Indonesia kembali tergambar jelas dalam rilis terbaru Bloomberg Billionaires Index awal April 2025. Low Tuck Kwong, taipan batu bara kelahiran Singapura, mengukuhkan posisinya di puncak daftar orang terkaya di negeri ini, memimpin segelintir konglomerat yang menguasai kekayaan kolektif ratusan triliun rupiah dari berbagai sektor kunci seperti pertambangan, perbankan, hingga manufaktur dan teknologi.
Pemeringkatan yang dirilis oleh media bisnis dan keuangan terkemuka asal Amerika Serikat ini menggunakan metodologi dinamis untuk mengukur kekayaan pribadi para miliarder.
Perhitungannya diperbarui setiap hari kerja setelah penutupan bursa di New York, AS, berdasarkan pergerakan pasar, kondisi ekonomi, dan pelaporan media. Nilai saham perusahaan publik dihitung menggunakan harga penutupan terakhir, sementara valuasi perusahaan tertutup didasarkan pada perbandingan dengan perusahaan publik sejenis (menggunakan rasio harga terhadap laba atau nilai perusahaan terhadap Ebitda) atau transaksi sebanding.
Semua nilai dikonversikan ke Dolar AS menggunakan kurs terkini. Bloomberg juga memperhitungkan saham yang dijaminkan sebagai agunan, dengan mengurangi nilai pinjaman dari total kekayaan bersih.
Berdasarkan data per Sabtu (5/4/2025), Low Tuck Kwong, pendiri PT Bayan Resources, tercatat memiliki kekayaan bersih mencapai US$ 26,8 miliar atau setara dengan sekitar Rp 443 triliun. Angka ini menempatkannya jauh di atas peringkat kedua.
Menyusul di posisi kedua adalah Sukanto Tanoto, pendiri grup Royal Golden Eagle (RGE) yang bergerak di bidang manufaktur berbasis sumber daya alam, dengan kekayaan US$ 20,1 miliar (sekitar Rp 332 triliun).
Posisi ketiga dan kelima ditempati oleh duo bersaudara pemilik Grup Djarum dan pengendali utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yakni Budi Hartono (US$ 19,2 miliar atau Rp 317 triliun) dan Michael Hartono (US$ 17,8 miliar atau Rp 294 triliun). Kekayaan mereka berakar kuat di sektor perbankan dan industri rokok.
Melengkapi lima besar adalah Prajogo Pangestu, pendiri PT Barito Pacific yang fokus di sektor petrokimia dan energi, dengan estimasi kekayaan US$ 18,4 miliar (sekitar Rp 304 triliun).
Di jajaran berikutnya, terdapat nama-nama besar lain yang mewakili diversifikasi industri di Indonesia. Anthoni Salim, pemimpin Grup Salim dan Indofood, berada di peringkat keenam dengan kekayaan US$ 12,7 miliar atau Rp 210 triliun).
Diikuti oleh Otto Toto Sugiri, pioner pusat data melalui PTDCI Indonesia Tbk diposisi ketujuh dengan kekayaan US$ 7,44 miliar atau Rp 123 triliun), dan Sri Prakash Lohia pendiri grup Indorama yang bergerak di bidang tekstil dan petrokimia, di peringkat kedelapan (US$ 6,65 miliar atau Rp 110 triliun).
Daftar ini tidak hanya menunjukkan konsentrasi kekayaan yang luar biasa di tangan segelintir individu, tetapi juga merefleksikan dominasi sektor-sektor tradisional seperti sumber daya alam dan perbankan, meskipun sektor teknologi dan manufaktur modern juga mulai menempatkan wakilnya di jajaran elite ekonomi Indonesia.