Beranda

Sinyal dari Ijen: Gibran Turun Gunung, Peta Jalan Baru Kopi Nusantara Digelar

Sinyal dari Ijen: Gibran Turun Gunung, Peta Jalan Baru Kopi Nusantara Digelar
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat berdialog dengan petani di Kebun Kopi Kalisat Jampit, Bondowoso, Jawa Timur (jtn/io)

INDONESIAONLINE – Di tengah sejuknya udara dataran tinggi Ijen, sebuah pemandangan tak biasa tersaji. Mengenakan sepatu bot kuning yang kontras dengan tanah subur perkebunan, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menanggalkan citra formalnya. Ini bukan sekadar kunjungan seremonial; ini adalah sinyal kuat dari pucuk pimpinan negara tentang dimulainya babak baru untuk kejayaan kopi Indonesia.

Selasa (24/6/2025), di Kebun Kopi Kalisat Jampit, Bondowoso, Gibran tidak datang hanya untuk berfoto. Kedatangannya menjadi panggung utama bagi PTPN IV PalmCo untuk memaparkan sebuah proyek ambisius: Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara.

Dipaparkan langsung oleh Direktur Utama Jatmiko K Santosa, PMO Kopi Nusantara bukanlah program biasa. Ini adalah sebuah peta jalan strategis yang telah dirancang selama tiga tahun, bertujuan untuk mengembalikan marwah kopi Jawa—yang pernah melegenda di dunia—sekaligus memutus rantai masalah klasik yang menjerat petani: kesejahteraan.

“Program ini adalah ikhtiar kita bersama untuk membangkitkan kembali ekosistem kopi, dari hulu hingga hilir,” ungkap Jatmiko di hadapan Gibran, yang didampingi jajaran penting seperti Wamen BUMN Aminuddin Ma’ruf dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Gibran tak hanya mendengarkan. Ia langsung terjun, membaur dengan para petani. Tangannya cekatan memetik buah kopi cherry yang memerah, sebuah gestur simbolis yang menunjukkan komitmen untuk memahami proses dari akarnya.

Ia menyaksikan dengan saksama bagaimana para pekerja menyortir biji kopi, sebuah proses krusial yang menentukan kualitas akhir di cangkir para penikmat.

Momen paling mendalam terjadi saat sesi dialog. Sepuluh petani kopi—mewakili suara dari petani binaan Perhutani hingga pekerja PTPN—duduk bersama sang Wakil Presiden.

Di sinilah “denyut nadi” persoalan sesungguhnya didengarkan. Keluhan tentang harga, akses pasar, hingga tantangan perubahan iklim mengalir tanpa sekat birokrasi. Gibran lebih banyak mendengar, mencatat, dan menyerap aspirasi dari garda terdepan industri kopi.

Sebagai penutup yang sarat makna, Gibran tidak pergi dengan tangan hampa. Bantuan 500 paket sembako dan 50 ekor kambing diserahkan secara simbolis. Namun, ini lebih dari sekadar bantuan karitatif. Ini adalah pesan bahwa pemerintah hadir untuk memberikan “modal” awal, baik secara sosial maupun ekonomi, dalam perjalanan panjang meningkatkan taraf hidup para pejuang kopi.

Kunjungan Gibran ke lereng Ijen ini mengirimkan pesan jelas: masa depan kopi Nusantara tidak lagi hanya dibicarakan di ruang rapat ber-AC di Jakarta, tetapi dirumuskan langsung di kebun, bersama deru mesin pengupas dan aroma tanah basah. Babak baru itu telah dimulai (ar/dnv).

Exit mobile version