Kemendagri mengapresiasi inovasi Surabaya dengan Kampung Pancasila, program berbasis gotong royong yang efektif memperkuat Kamtibmas dan Siskamling. Libatkan warga, termasuk Gen Z, ciptakan keamanan dari akar rumput.
INDONESIAONLINE – Di tengah dinamika perkotaan modern, semangat gotong-royong dan nilai-nilai Pancasila menemukan wujud nyata sebagai benteng keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Inilah yang terjadi di Kota Surabaya melalui program inovatif “Kampung Pancasila“, sebuah inisiatif yang kini menuai pujian dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI). Program ini dipandang bukan hanya sebagai upaya reaktif, melainkan solusi proaktif yang dibangun dari tingkat akar rumput.
Apresiasi tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dirjen Dukcapil) Kemendagri, Teguh Setyabudi, dalam Rapat Koordinasi Monitoring Kamtibmas Kota Surabaya yang berlangsung di Graha Sawunggaling. Teguh menyoroti skala program yang masif dan komitmen luar biasa di baliknya.
“Saya memberikan apresiasi terhadap pembentukan Kampung Pancasila. Bahkan, ada lebih dari 6.000 ASN (Aparatur Sipil Negara) Pendamping yang diterjunkan di 1.361 RW Surabaya,” ujar Teguh, menggambarkan besarnya sumber daya yang dikerahkan untuk memperkuat sendi-sendi keamanan di setiap sudut kota.
Kekuatan Komunitas Menangkal Kerusuhan
Efektivitas Kampung Pancasila bukan sekadar teori. Dalam rapat koordinasi itu, Teguh mendengarkan langsung paparan mengenai pembentukan empat bidang di Kampung Pancasila Surabaya, termasuk kisah inspiratif keterlibatan warga di wilayah Kecamatan Wonokromo dan Pabean Cantian yang berhasil mencegah aksi kerusuhan pada akhir Agustus 2025.
Insiden ini menjadi bukti nyata bahwa sistem keamanan berbasis komunitas yang kuat dapat menjadi penangkal efektif terhadap ancaman Kamtibmas.
Kunjungan Teguh ke Surabaya sendiri bertujuan menindaklanjuti bagaimana setiap daerah menjaga Kamtibmas pasca aksi unjuk rasa, utamanya melalui aktivasi dan penguatan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling).
“Kita tahu bahwasannya Siskamling di berbagai daerah itu bukan hal yang baru, termasuk di Kota Surabaya. Bahkan di Kota Surabaya sudah diinisiasi, diperkuat, dengan adanya pembentukan Kampung Pancasila,” jelasnya.
Siskamling di Surabaya kini telah terintegrasi dalam bidang Satuan Tugas (Satgas) Kemasyarakatan Kampung Pancasila. Namun, Teguh menekankan pentingnya penguatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan operasional yang lebih terstruktur dan efektif.
“Tadi kami juga sudah sampaikan kepada Pak Wali Kota (Eri Cahyadi) untuk Satgas Kemasyarakatan, khususnya yang menyangkut masalah Siskamling itu bisa ada penebalan, ada penguatan terkait SOP-nya. Baik SOP yang menyangkut masalah petugasnya, tata kelola, manajemen, sarpras, kemudian juga terkait pelaporan dan tindak lanjutnya,” papar Teguh.
Ia mengaku bersyukur, seluruh RT di Kota Surabaya telah memiliki Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling), bahkan ada yang memiliki lebih dari satu.
“Tadi disampaikan bahwasannya jumlah Poskamling (Surabaya) itu ada lebih dari 9.000. Itu luar biasa dan ini bisa menjadi penguatan bagaimana Siskamling di Kota Surabaya bisa lebih bagus lagi,” imbuhnya, seraya menggarisbawahi sinergi penting dengan Pos Perlindungan Masyarakat (Poslinmas).
Kota Kuat Dimulai dari Kampung
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa salah satu tujuan utama pembentukan Kampung Pancasila adalah memperkuat keamanan lingkungan melalui Siskamling. “Jadi dikuatkan dengan Siskamling yang di kampung-kampung untuk menjaga bagaimana keamanan kota ini bisa dipastikan membuat warganya merasa aman dan nyaman,” kata Wali Kota Eri.
Yang menarik, program ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk generasi muda atau Gen Z, menunjukkan bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama lintas generasi.
“Kegiatan kita ini tidak hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu, umur-umur tertentu. Seperti yang kita ketahui deklarasi di Tugu Pahlawan, itu adalah semuanya, termasuk Karang Taruna, Gen Z dan semuanya,” paparnya.
Eri Cahyadi meyakini bahwa keguyuban dan kerukunan adalah pondasi terpenting. “Karena keguyuban dan kerukunan itu jauh lebih penting daripada yang lainnya. Karena itulah cikal bakal untuk menjaga, menjalankan setiap kampung. Karena kota ini kuat kalau kampungnya juga kuat, diawali dari kampung,” tegasnya, menyoroti filosofi di balik pendekatan dari akar rumput ini.
Kampung Pancasila di Surabaya sudah mulai berjalan sejak Juni 2025, dan keberadaannya telah teruji saat terjadi kerusuhan di Surabaya pada akhir Agustus 2025. “Sehingga memang (di Surabaya) sudah ada seperti Siskamling. Karena itulah (saat terjadi aksi massa), ada yang melakukan perlawanan seperti masyarakat Wonokromo, Pabean Cantian, Bubutan, dan banyak titik-titik tertentu,” jelasnya.
Wali Kota Eri memastikan bahwa pola pengamanan di setiap Kampung Pancasila akan diatur agar dapat mendukung keamanan di pusat kota. SOP Kampung Pancasila Surabaya akan segera disampaikan kepada Kemendagri untuk dikaji lebih lanjut, dengan harapan dapat menjadi model nasional.
“Nanti saya menyampaikan SOP kami ke Pak Dirjen. Sehingga Pak Dirjen nanti insyaallah akan memberikan masukan, arahan, sehingga ini akan lebih bisa dijalankan oleh masyarakat Surabaya,” pungkasnya, menunjukkan optimisme bahwa model Surabaya ini dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia (mbm/dnv).