INDONESIAONLINE – Ada 138 warga Kabupaten Blitar yang terdeteksi positif HIV/AIDS sepanjang tahun 2024, dari Januari hingga Oktober. Angka ini memperlihatkan tren yang mengkhawatirkan, dengan mayoritas kasus didominasi oleh kelompok lelaki seks lelaki (LSL) atau homoseksual dan pelanggan pekerja seks komersial (PSK).
Eko Wahyudi, kepala Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Blitar, mengungkapkan bahwa dari total 138 kasus, sebanyak 94 orang terdiagnosis HIV. Sedangkan 44 lainnya sudah dalam tahap AIDS.
“Jumlah penderita laki-laki mencapai 93 orang. Sedangkan penderita perempuan tercatat 45 orang,” ujarnya, Selasa (22/10/2024).
Dari segi populasi, persentase kasus HIV/AIDS terbanyak berasal dari populasi umum, dengan angka mencapai 38 persen.
“Kasus dari kelompok lelaki seks lelaki (LSL) menyumbang 16 persen dari total populasi penderita. Sementara pelanggan PSK berada di peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar 14 persen,” jelas Eko lebih lanjut.
Selain itu, kelompok lain yang teridentifikasi dalam data Dinkes termasuk pasangan ODHIV (orang dengan HIV), penularan dari ibu hamil kepada anaknya, dan wanita pekerja seks. Hal ini menunjukkan bahwa penularan HIV di Kabupaten Blitar tersebar di berbagai kelompok, dengan faktor risiko yang bervariasi.
Menurut Eko, angka kematian akibat HIV/AIDS di Kabupaten Blitar juga tidak bisa diabaikan. “Tahun ini kami mencatat 17 penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia,” katanya.
Fakta ini semakin menyoroti urgensi untuk meningkatkan upaya pencegahan dan edukasi mengenai bahaya HIV/AIDS di masyarakat.
Eko menegaskan bahwa pencegahan penularan HIV harus menjadi prioritas bersama. Ia juga meminta masyarakat untuk lebih waspada dan peduli terhadap pola hidup sehat serta selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.
“Tidak hanya individu yang berisiko, tetapi juga keluarga dan lingkungan harus lebih peka. Pencegahan bisa dilakukan mulai dari diri sendiri, dengan menjauhi perilaku yang berisiko,” tambahnya.
Eko juga mengingatkan pentingnya penggunaan kondom dalam hubungan seksual yang berisiko sebagai langkah pencegahan yang efektif.
Meskipun jumlah kasus baru tahun ini cukup tinggi, data menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan tahun 2023. Tahun lalu, Kabupaten Blitar mencatat 199 kasus HIV/AIDS, yang berarti terjadi penurunan sekitar 30 persen pada tahun 2024.
Penurunan ini, menurut Eko, sebagian besar disebabkan oleh upaya pencegahan dan kampanye kesadaran yang telah digalakkan oleh pemerintah daerah dan lembaga terkait. Namun, ia juga menekankan bahwa angka tersebut masih jauh dari harapan dan masih memerlukan kerja keras dari semua pihak untuk lebih menekan laju penularan HIV/AIDS.
“Kami terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat dan LSM, untuk menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS dan memberikan pelayanan kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat,” ujar Eko.
Dinkes Kabupaten Blitar berharap dengan adanya edukasi yang lebih masif, angka penularan HIV/AIDS di masa depan dapat ditekan lebih rendah lagi. Pemerintah juga tengah merencanakan program-program pencegahan yang lebih komprehensif, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin, sosialisasi ke sekolah-sekolah, serta pemberian akses terhadap alat kontrasepsi yang aman.
“Harapan kami, dengan langkah-langkah ini, masyarakat dapat semakin sadar akan pentingnya pencegahan dan tidak lagi memandang HIV/AIDS sebagai stigma,” tutup Eko. (ar/hel)