Vidi Arunika
by: dede nana
(i)
Merajah ingatan, sengatnya seperti
ngilu rindu. Seperti sepasang matamu
lembayung tak lekang dikulit waktu
“Barahnya indah bukan?”
(ii)
Dulu sekali, kita saling menukar ingatan
bergenggam tangan, terkadang diam-diam saling berkecupan
setelahnya waktu memberi kita tulisan
serupa sajak–sajak tak usai.
“Kamu masih berbau angin: ucapmu di telingaku. Seperti sajak-sajakmu”
(iii)
Dalam buku-buku, aksara mencatat semua tentangmu
juga dosa-dosa termanis kita
dalam ingatan, kita melepas semua ikatan.
“Kita sedang menanam biji khuldi yang lesap dalam ingatan.”
(iv)
Hingga tepi puisi
ingatan masih meminta aroma tubuhmu
harum biji kopi pagi hari.
(v)
Kenangan bergetarlah walau kini gentar
atas kenyataan.