Jakarta: Kota Paling Berpolusi di Dunia

Jakarta: Kota Paling Berpolusi di Dunia

INDONESIAONLINE – Situs IQAir menyebut Jakarta menjadi kota paling berpolusi di dunia. Tercatat, zat sumber polusi udara sudah 16,6 kali lebih tinggi dari standar WHO, Selasa (19/9/2023).

Kondisi ini tentunya sangat membahayakan kesehatan masyarakat dan akan menimbulkan berbagai penyakit membahayakan.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris.

“Data IQAir ini telah membunyikan lonceng ‘tanda bahaya’ bagi kesehatan warga ibukota dan sekitarnya. Kontaminasi zat sumber polusi udara (PM 2.5) yang sudah 16,6 kali lebih tinggi dari standar WHO akan membawa berbagai penyakit berbahaya,” ucapnya.

Ia juga menyebut, diperlukan kebijakan komprehensif dalam mengatasi polusi udara Jakarta. Tak hanya kebijakan bekerja dari rumah (work from home), tapi perlu strategi berkelanjutan dan melibatkan para pemangku kebijakan.

“Tanda bahaya ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan cara sporadis seperti aturan WFH dan imbauan penanaman pohon saja. Namun harus dengan cara komprehensif dan berkelanjutan, yakni lewat sebuah roadmap yang melibatkan berbagai pemangku kebijakan untuk turut bersama-sama secara masif menurunkan polutan,” ujarnya.

Perusahaan Penyumbang Polusi

Kebijakan menurunkan polusi udara di Jakarta melalui penyegelan perusahaan dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.

Tercatat ada 4 perusahaan yang disegel, seperti disampaikan Kepala Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum DLH DKI Jakarta Wahyudi Rudiyanto.

“Baru 4 yang kami segel. Sementara baru 3 stokpile batu bara dan 1 pabrik baja,” kata Yudi, Selasa (19/9/2023).

Empat perusahaan tersebut adalah PT Trada Trans Indonesia disegel pada 30 Agustus 2023, dengan penerbitan sanksi Nomor e-0073 pada 24 Maret 2023, PT Trans Bara Energy disegel pada 30 Agustus 2023 dengan penerbitan sanksi Nomor e-0054 pada 27 Februari 2023, dan PT Bahana Indokarya disegel pada 31 Agustus 2023 penerbitan sanksi Nomor e-0083 pada 10 April 2023.

Terakhir DLH DKI Jakarta menyegel PT Jakarta Central Asia Steel perusahaan baja pada 13 September 2023 penerbitan sanksi Nomor e-0154 pada 5 September 2023.

Jika setelah penyegelan tidak ada perbaikan, atau perusahaan masih tetap menjalankan usahanya yang terindikasi menyumbang polusi udara, DLH DKI Jakarta akan melakukan proses hukum ke Polda Metro Jaya.

Faktor Polusi Udara Jakarta

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan udara di Jakarta sangat tercemar hingga sempat menjadi yang terburuk di dunia.

1. Dipengaruhi Pergerakan Angin

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro mengatakan, penyebab polusi udara di Jakarta karena telah dipengaruhi angin dari wilayah timur.

“Jadi kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering,” kata Sigit di Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Kebon Nanas, Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).

2. Emisi Kendaraan

Selain itu, Sigit juga mengungkapkan bahwa polusi udara juga dipicu oleh emisi transportasi. Ia mengatakan bahwa sektor transportasi telah menyumbang emisi terbesar, yakni hingga 44 persen.

“Kalau dilihat dari sektor-sektornya maka transportasi itu 44 persen, industri 31 persen industri energi, manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen,” ujarnya.

“Ini lebih didetailkan lagi oleh kajian tersebut bahwa kalau SO2 (sulfur) memang berasal dari PLTU, manufacturing. Jadi manufacturing, pembangkit tenaga listrik dari industri manufacturing 61,96 persen. Kalau yang lainnya NoX, Co PM 10, PM 2,5, black carbon, kemudian organic carbon itu sebagian besar disebabkan oleh kendaraan bermotor,” lanjut Sigit.

3. Musim Kemarau

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan penyebab kualitas udara Jakarta memburuk dalam beberapa pekan terakhir karena dipengaruhi oleh musim kemarau yang tengah berlangsung.

“Kecenderungannya biasanya pada saat musim kemarau kualitas udara cenderung naik dan seperti yang kita lihat sekarang,” ujar Ardhasena dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (11/8/2023).

4. Fenomena Lapisan Inversi

Lebih lanjut, Ardhasena mengatakan polusi udara Jakarta juga terjadi karena terdapat fenomena lapisan inversi.

“Fenomena lain yang menarik, karena kita ada di wilayah urban. Saat ini musim kemarau, ada fenomena yang namanya lapisan inversi. Ketika pagi di bawah itu cenderung lebih dingin di permukaan dibanding di atas. Sehingga itu mencegah udara untuk naik dan terdiversi,” paparnya.

Lalu, ia mengungkapkan bahwa lapisan inversi ini bisa terlihat karena adanya perbedaan penampakan keruhnya lapisan udara.

“Itu juga penjelasan mengapa di Jakarta itu kelihatan keruhnya di bawah dibandingkan di atas. Karena setting perkotaan di mana kita semua hidup bersama,” pungkas Ardhasena.

5. Pembangkit Listrik

Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum) Kementerian LHK Rasio Ridho Sani memaparkan, ada dua sumber utama polusi udara di Jakarta dalam beberapa pekan terakhir. Yakni berasal dari asap kendaraan bermotor dan pembangkit listrik.

“Pertama, sumber-sumber kendaraan bermotor. Kedua, sumber-sumber dari kegiatan industri. Termasuk di dalamnya pembangkit listrik maupun kegiatan-kegiatan pembakaran terbuka yang dilakukan oleh masyarakat ataupun pihak-pihak lainnya,” kata Rasio.

“Jadi ini sumber-sumber yang kami identifikasi sejauh ini. Namun kami diminta dalami lagi sumber besarnya,” paparnya (ina/dnv).