INDONESIAONLINE – Harapan agar perang antara Palestina versus Israel berhenti tampaknya sulit terealisasi. Itu karena Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah melanjutkan perang melawan Hamas di Gaza, Palestina.
Netanyahu menjelaskan, genjatan senjata sementara dilakukan hanya untuk membebaskan tahanan, bukan berarti akhir pertempuran.
“Ada pembicaraan yang tidak masuk akal di luar sana bahwa setelah mengembalikan korban penculikan, kami akan menghentikan perang,” kata Netanyahu menjelang pemungutan suara kabinet dilansir Al Jazeera, Rabu (22/11/2023).
“Jadi, saya ingin mengklarifikasi kita sedang berperang, kita akan terus berperang, kita akan terus berperang sampai kita mencapai semua tujuan kita. Kami akan menghancurkan Hamas, kami akan mengembalikan semua korban penculikan dan orang hilang, dan kami akan memastikan bahwa di Gaza tidak akan ada pihak yang menjadi ancaman bagi Israel,” ujarnya.
Netanyahu mengatakan, jeda yang ada akan memungkinkan militer Israel untuk “bersiap kembali” untuk berperang.
SedangkanMenteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant mengatakan Israel akan melanjutkan tekanan di Gaza untuk melepaskan lebih banyak tawanan.
Memasuki detik-detik pemungutan suara kabinet mengenai kemungkinan kesepakatan tawanan, Gallant mengatakan bahwa tekanan dari operasi Israel telah membantu menciptakan kondisi bagi pembebasan tawanan.
Gallant mengatakan, jika perjanjian pembebasan disetujui oleh kabinet, militer dan badan intelijen akan melanjutkan tekanan tersebut untuk memastikan lebih banyak sandera yang dibebaskan.
Sementara itu, dengan perang yang terus berlanjut, jumlah korban di Gaza terus meningkat. Korban tewas di wilayah Gaza, Palestina, bertambah mencapai 14 ribu orang.
Seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (22/11/2023), pemerintah di Gaza telah merilis jumlah korban terbaru pada 21 November. Lebih dari 14.128 warga Palestina telah tewas sejak 7 Oktober, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak dan 3.550 wanita.
Sementara itu, setidaknya 33.000 orang terluka. Lebih dari 6.800 orang hilang, baik terjebak di bawah reruntuhan maupun dalam wujud jenazah yang belum teridentifikasi.
Mengenai kerusakan yang disebabkan oleh bom Israel, pemerintah di Gaza mengatakan bahwa 44.000 unit perumahan telah hancur dan 230.000 unit rusak. Itu berarti bahwa 60 persen dari seluruh perumahan di Jalur Gaza tidak layak huni akibat perang.
Penderitaan warga Gaza semakin parah karena 26 rumah sakit dan 55 pusat kesehatan tidak dapat beroperasi. (mut/hel)