INDONESIAONLINE – Raden Said atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh sentral dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Julukan yang disematkan kepada Raden Said yaitu Sunan Kalijaga sering menjadi bahan perdebatan dan diskusi yang menarik.
Salah satu versi yang paling banyak dipercaya adalah yang tercantum dalam Babad Tanah Jawi, di mana disebutkan bahwa Raden Said mendapatkan julukan “Kalijaga” karena bersemedi di sungai atau kali selama bertahun-tahun.
Versi tersebut oleh sebagian kalangan dianggap janggal. Hingga muncullah versi Cirebon yang menyuguhkan narasi yang berbeda dan lebih logis terkait asal-usul julukan Sunan Kalijaga.
Versi Cirebon memberikan pandangan julukan “Kalijaga” tidak berasal dari praktik semedi di kali, melainkan dari lokasi pusat dakwahnya. Setelah berguru kepada Sunan Ampel dan Sunan Bonang, Raden Said ditugaskan untuk membantu dakwah Sunan Gunung Jati di Pasundan. Pusat dakwah atau pesantren Raden Said ini terletak di Desa Kalijaga, dan dari situlah julukan “Kalijaga” berasal.
Versi Cirebon tidak berdiri sendiri. Narasi ini didukung oleh Babad Demak yang menyatakan bahwa pada awal karier dakwahnya, Raden Said ditugaskan oleh Wali Songo untuk berdakwah di Jawa Barat. Setelah menyelesaikan tugas dakwahnya di Pasundan, beliau kembali ke Demak (Kadilangu) di masa tuanya.
Penempatan nama sesuai dengan lokasi dakwah ini juga terlihat dalam julukan para wali lainnya seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Gunung Jati.
Salah satu catatan penting dari sejarah Wali Songo adalah pemberian julukan berdasarkan lokasi pusat dakwah mereka. Julukan “Sunan” sendiri berasal dari kata “Se(i) suhunan” yang berarti tokoh yang dimintai petuah dan kebijaksanaannya.
Nama-nama seperti Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, dan lainnya, semuanya merujuk pada tempat di mana mereka berdakwah. Begitu pula dengan Sunan Kalijaga. Nama ini merujuk pada Desa Kalijaga, tempat Raden Said menjalankan misi dakwahnya.
Versi Cirebon terkait julukan Sunan Kalijaga dianggap lebih rasional dikarenakan beberapa alasan. Pertama, tradisi semedi di kali sebagai asal-usul nama “Kalijaga” tidak memiliki landasan historis yang kuat. Kedua, penamaan berdasarkan lokasi pusat dakwah adalah praktik umum di kalangan Wali Songo. Ketiga, keberadaan Desa Kalijaga sebagai pusat dakwah Raden Said memberikan alasan yang lebih logis untuk julukan tersebut.
Babad Cirebon juga menuturkan bahwa Sunan Kalijaga tinggal selama beberapa tahun di Desa Kalijaga. Pada awalnya, ia menyamar sebagai pembersih Masjid Sang Cipta Rasa. Di masjid itulah, Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Gunung Jati yang kemudian menikahkannya dengan adiknya, Siti Zaenab.
Istri Sunan Kalijaga, Siti Zaenab, menurut penganut Tarekat Akmaliyah yang ditulis oleh Agus Sunyoto dalam “Suluk Malang Sungsang Abdul Jalil” (2004-2005), sebenarnya adalah putri dari Syaikh Datuk Abdul Jalil yang lebih dikenal sebagai Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Siti Jenar. Dari pernikahan tersebut, Sunan Kalijaga memiliki satu putra bernama Watiswara.
Pengaruh Sunan Kalijaga pada Seni dan Budaya Jawa
Pengaruh Sunan Kalijaga dalam seni dan budaya Jawa sangat besar. Beliau dianggap sebagai pelopor dalam penggunaan wayang kulit sebagai media dakwah. Selain itu, banyak cerita rakyat dan legenda yang mengisahkan kebijaksanaan dan kepiawaiannya dalam menyebarkan Islam. Warisan seni dan budaya ini masih bisa kita saksikan hingga hari ini, menunjukkan betapa mendalamnya pengaruh Sunan Kalijaga dalam masyarakat Jawa.
Selain berdakwah melalui seni, Sunan Kalijaga juga mendirikan pesantren sebagai pusat pendidikan Islam. Di sini, beliau mengajarkan ajaran agama kepada para santri dan masyarakat sekitar. Desa Kalijaga menjadi pusat intelektual dan spiritual di mana banyak ulama dan cendekiawan Islam lahir. Metode pendidikan yang digunakan Sunan Kalijaga menjadi model bagi banyak pesantren di Jawa dan sekitarnya.
Hingga saat ini, nama Sunan Kalijaga tetap dikenang dan dihormati. Warisannya terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa, dari seni, budaya, hingga pendidikan. Metode dakwahnya yang adaptif dan inklusif menjadi teladan bagi generasi penerus dalam menyebarkan ajaran Islam. Desa Kalijaga, yang menjadi pusat dakwahnya, kini menjadi simbol dari perjalanan spiritual dan intelektual seorang wali yang berdedikasi.
Pengaruh Sunan Kalijaga di wilayah Jawa Barat sangat besar, terutama di Cirebon dan sekitarnya. Melalui pendekatan budaya dan seni, Sunan Kalijaga mampu menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang diterima baik oleh masyarakat setempat. Kehadiran beliau di Cirebon tidak hanya memperkuat penyebaran Islam tetapi juga menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat penting dalam perkembangan Islam di Nusantara.
Salah satu warisan terbesar Sunan Kalijaga adalah kemampuannya menggunakan seni sebagai alat dakwah. Wayang kulit, salah satu bentuk seni tradisional Jawa, menjadi medium utama dalam menyampaikan ajaran Islam. Sunan Kalijaga menggunakan cerita-cerita wayang untuk menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat yang menikmati pertunjukan wayang tidak hanya terhibur tetapi juga mendapatkan pengetahuan agama.
Desa Kalijaga menjadi salah satu pusat dakwah dan pendidikan penting pada masa Sunan Kalijaga. Di sini, beliau mendirikan pesantren dan mengajarkan berbagai ilmu agama kepada para santri. Desa ini juga menjadi tempat berkumpulnya ulama dan cendekiawan yang turut berperan dalam menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Jawa. Warisan pendidikan yang ditinggalkan Sunan Kalijaga melalui pesantren ini masih terasa hingga kini, dengan banyaknya pesantren yang meneruskan metode pendidikan beliau.
Pemahaman tentang Sunan Kalijaga dalam perspektif sejarah dan budaya memberikan wawasan yang lebih kaya tentang peran beliau dalam penyebaran Islam. Versi Cirebon yang mengaitkan nama Kalijaga dengan lokasi pusat dakwahnya lebih sesuai dengan pola penamaan wali lainnya yang berdasarkan tempat dakwah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah dan budaya lokal memiliki peran penting dalam pembentukan identitas dan penyebaran ajaran Islam di Nusantara (ar/dnv).