Habis Topan Yagi Lahirlah Banjir Bandang: Hanoi Lumpuh

Habis Topan Yagi Lahirlah Banjir Bandang: Hanoi Lumpuh
Topan Yagi hantam Hanoi, Vietnam dan mengakibatkan banjir besar yang menimbulkan korban jiwa dan materi (youtube)

INDONESIAONLINE – Ibukota Vietnam, Hanoi, terhuyung-huyung diterjang amukan Topan Yagi, salah satu badai terkuat yang melanda Asia tahun ini. Bencana alam yang memorak-porandakan wilayah utara Vietnam ini telah merenggut sedikitnya 152 nyawa, sementara lebih dari 140 orang masih dinyatakan hilang, demikian dilaporkan Reuters, Rabu (11/9/2024).

Topan Yagi, yang mendarat pada Sabtu (7/9/2024) lalu, menghantam Hanoi dengan angin kencang dan hujan deras yang tak henti-hentinya. Dampaknya semakin dahsyat ketika badai merobohkan jembatan dan menerjang beberapa provinsi di sepanjang aliran Sungai Merah, salah satu sungai terbesar di wilayah tersebut. Akibatnya, luapan Sungai Merah menyebabkan banjir besar yang melumpuhkan Hanoi dan sekitarnya.

Ribuan warga terpaksa mengungsi, meninggalkan rumah dan harta benda mereka yang terendam banjir. Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan dahsyatnya bencana ini, dengan air bah yang menggenangi jalanan, menghanyutkan kendaraan, dan menenggelamkan rumah-rumah hingga hanya menyisakan atapnya saja.

“Ini adalah banjir terburuk yang pernah saya lihat dalam 30 tahun terakhir,” ujar Tran Le Quyen (42), warga Hanoi, kepada Reuters.

Ia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah rumahnya terendam air. “Kemarin pagi cuacanya masih cerah. Sekarang seluruh jalan tergenang. Kami tidak bisa tidur semalam,” tambahnya.

Tangis Duka dan Keputusasaan

Banjir bandang yang diiringi tanah longsor ini menyisakan duka mendalam bagi warga Vietnam. Selain korban jiwa, bencana ini juga menghancurkan berbagai infrastruktur penting, melumpuhkan aktivitas ekonomi, dan menyebabkan krisis kemanusiaan.

Di provinsi Thai Nguyen, sekitar 60 kilometer dari Hanoi, puluhan orang tewas tertimbun longsor yang dipicu oleh banjir. Kisah pilu juga datang dari Nguyen Van Hung, warga yang tinggal di tepi Sungai Merah. “Rumah saya sekarang menjadi bagian dari sungai,” katanya lirih.

Pemerintah melaporkan lebih dari 140 orang hilang dan puluhan ribu warga di daerah dataran rendah harus dievakuasi. Sejumlah sekolah di Hanoi diliburkan untuk sisa pekan ini guna menghindari risiko banjir lebih lanjut. Yayasan Anak-anak Blue Dragon, yang berkantor di pusat kota, juga terpaksa dievakuasi setelah otoritas setempat memperingatkan risiko banjir.

“Orang-orang bergerak panik, memindahkan sepeda motor, menyelamatkan barang-barang berharga,” ujar Carlota Torres Lliro, juru bicara yayasan tersebut.

Ia mengkhawatirkan nasib anak-anak dan keluarga yang tinggal di daerah kumuh di sepanjang sungai, yang paling terdampak oleh bencana ini.

Ancaman Kelumpuhan Ekonomi

Topan Yagi tidak hanya meluluhlantakkan kehidupan warga, tetapi juga melumpuhkan sektor industri. Banyak pabrik di wilayah pesisir timur Hanoi yang terendam banjir, memaksa mereka menghentikan operasi.

Para eksekutif perusahaan memperkirakan beberapa pabrik baru bisa beroperasi normal dalam beberapa minggu mendatang. Gangguan ini mengancam rantai pasokan global, mengingat Vietnam merupakan salah satu pusat industri utama yang memasok barang ke Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara maju lainnya.

Salah satu pabrik terbesar yang terdampak adalah fasilitas milik Samsung Electronics di pinggiran Hanoi. Fasilitas ini bertanggung jawab atas sekitar setengah dari pengiriman smartphone global Samsung. Kerusakan pada fasilitas ini memicu kekhawatiran akan potensi terganggunya pasokan teknologi di pasar internasional.

Dengan banyaknya korban jiwa, kerusakan infrastruktur yang masif, dan gangguan ekonomi yang meluas, Topan Yagi menjadi salah satu bencana alam terburuk yang dialami Vietnam dalam beberapa dekade terakhir.

Pemerintah Vietnam, bersama dengan organisasi internasional, tengah berjibaku memulihkan situasi dan membantu para korban bencana. Bantuan kemanusiaan mulai mengalir, namun tantangan yang dihadapi masih sangat besar. Perjuangan untuk membangun kembali kehidupan dan infrastruktur yang hancur akan panjang dan membutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak.