JATIMTIMES – Hasil negatif menghampiri platform streaming Disney+. Mereka tercatat kehilangan 700 ribu pelanggan secara global dalam beberapa bulan terakhir. Data ini terungkap setelah Disney merilis laporan keuangan yang mencakup periode Oktober hingga Desember 2024.
Sebagaimana dilansir dari MobileSyrup, Sabtu (8/2/2025), Disney mengungkapkan bahwa jumlah pelanggan mereka saat ini mencapai 124,6 juta, menurun sebanyak 0,7 juta dibandingkan kuartal keempat 2024. Penurunan tersebut terjadi setelah Disney+ menaikkan harga berlangganan sejak musim gugur tahun lalu.
Adapun paket dengan iklan naik dari USD 7,99 (sekitar Rp 130 ribu) menjadi USD 9,99 (sekitar Rp 162 ribu). Sementara itu, paket tanpa iklan meningkat dari USD 13,99 (sekitar Rp 227 ribu) menjadi USD 15,99 (sekitar Rp 260 ribu).
Selain itu, mulai September 2024, Disney mulai memberlakukan kebijakan ketat terkait berbagi akun. Sistem baru ini hanya memungkinkan akses bagi anggota dalam satu rumah tangga, kecuali pelanggan utama bersedia membayar biaya tambahan melalui paket Berbagi Berbayar yang telah diterapkan di Amerika Serikat, Kanada, serta beberapa wilayah Eropa.
Ini kali pertama Disney+ mengalami penurunan jumlah pelanggan sejak peluncurannya. Meski demikian, CEO Disney Bob Iger menyatakan bahwa situasi tersebut tidak seburuk yang diperkirakan.
Ke depan, perusahaan memprediksi jumlah pelanggan Disney+ akan kembali berkurang pada kuartal kedua 2025. Sementara itu, layanan streaming Hulu justru mengalami lonjakan sebesar 1,6 juta pelanggan pada periode yang sama, sehingga totalnya mencapai 53,6 juta pengguna berbayar.
Dengan demikian, pendapatan Disney tumbuh 4,8% pada kuartal tersebut, dengan kontribusi besar dari film Moana 2 yang meraih pendapatan lebih dari USD 1 miliar (sekitar Rp 16,2 triliun) di bioskop.
Walau jumlah pelanggan mengalami penurunan, Disney tetap mencatat pencapaian keuangan yang melampaui ekspektasi. Laba per saham mereka kini mencapai US$ 1,76, lebih tinggi dibandingkan proyeksi analis yang sebelumnya memperkirakan sekitar US$ 1,43 per saham.
Pendapatan dari sektor taman hiburan juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, gangguan operasional sempat terjadi akibat badai besar seperti Badai Helene dan Badai Milton.
Salah satu keunggulan Disney dibandingkan platform streaming lainnya adalah keberagaman bisnis yang dimiliki, termasuk taman hiburan dan produk konsumen. Keunggulan ini memberikan fleksibilitas finansial yang memungkinkan Disney tetap mendanai layanan streaming meski pertumbuhan pelanggannya penuh tantangan.
Sejak kembali menjabat sebagai CEO pada 2022, Bob Iger menargetkan layanan streaming Disney dapat mencapai titik keuntungan di akhir 2024. Berdasarkan laporan terbaru, tampaknya tujuan tersebut telah berhasil dicapai.
Selain itu, Disney juga sukses menekan biaya produksi konten dibandingkan tahun sebelumnya. Langkah ini merupakan bagian dari strategi yang digagas Iger untuk meningkatkan kualitas konten yang mereka hasilkan.
Secara keseluruhan, meskipun jumlah pelanggan Disney+ menurun, kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan serta bisnis yang beragam membuat mereka tetap memiliki posisi kuat di industri hiburan global. (bn/hel)