INDONESIAONLINE – Crystal Palace meraih sejarah baru usai menjuarai FA Cup 2025 pada Sabtu (17/5/2025) malam. Kemenangan 1-0 atas Manchester City di Wembley ini menjadi trofi perdana klub, sekaligus menjadi bukti keberhasilan manajer Oliver Glasner melewati masa sulit di awal musim.
Dilansir BBC, Minggu (18/5/2025), musim 2024/2025 sempat menjadi mimpi buruk bagi Palace. Klub asal London ini mencatatkan awal musim terburuk sejak 1992/1993, tanpa kemenangan di delapan laga awal Premier League. Baru pada 27 Oktober mereka meraih tiga poin usai menundukkan Tottenham di Selhurst Park.
Namun semua itu kini tinggal kenangan. Para pemain Palace merayakan trofi pertama dalam sejarah klub bersama para suporter. Lagu kebanggaan mereka, ‘Glad All Over’, menggema di seluruh stadion.
Ketua klub Steve Parish tidak bisa menyembunyikan kebanggaannya terhadap Glasner. “Itu yang dilakukan Oliver Glasner, dia membuat kami semua percaya,” ujar Parish kepada BBC One setelah kemenangan 1-0 atas City. “Kamu bisa lihat di akhir laga. Saya sangat bangga.” tambahnya.
Sikap tenang Glasner saat meraih sejarah tercermin dari caranya merayakan kemenangan, bersalaman dengan Pep Guardiola sebelum bergabung dengan para pemainnya. Pelatih asal Austria berusia 50 tahun ini dikenal memiliki gaya kepemimpinan yang tenang namun intens, mirip Jurgen Klopp ketika membawa Eintracht Frankfurt juara Liga Europa 2022.
Glasner juga dikenal sebagai sosok yang detail dan terorganisasi. Sampai-sampai seluruh rencananya diatur lewat kalender digital. Tapi saat krisis melanda, dia menunjukkan sisi yang lebih manusiawi.
“Saatnya memeluk para pemain saya, bukan menendang mereka,” katanya pada Oktober lalu saat performa tim sedang anjlok.
Untuk diketahui, Palace kehilangan beberapa pemain kunci di awal musim. Bintang muda Michael Olise hengkang ke Bayern Munich dengan mahar £50 juta dan bek Joachim Andersen pindah ke Fulham dengan nilai £30 juta. Sementara itu, rekrutan baru seperti Eddie Nketiah datang dalam kondisi belum fit, dengan beberapa masalah setelah kembali dari tugas internasional.
Eberechi Eze, Adam Wharton, Marc Guehi, dan kiper Dean Henderson baru kembali dari Euro 2024 bersama Inggris. Jean-Philippe Mateta tampil untuk Prancis di final olimpiade. Sedangkan Jefferson Lerma dan Daniel Munoz memperkuat Kolombia di Copa America.
Belum lagi Glasner harus menyesuaikan empat rekrutan di hari tenggat transfer, yakni Nketiah, Maxence Lacroix (Wolfsburg), Matt Turner (Nottingham Forest), dan Trevoh Chalobah (Chelsea – pinjaman).
Namun dari semua masalah tersebut, Glasner tetap yakin. Ia begitu percaya para pemain kembali ke performa terbaik dan Palace bisa menunjukkan tajinya. Keyakinan itu akhirnya terbayar lunas.
Formasi Glasner yang dirancang untuk trio Eze, Ismaila Sarr, dan Mateta terbukti efektif. Mateta menjadi ujung tombak, sementara Eze dan Sarr bergerak bebas dan merepotkan lawan.
Di lini belakang, Palace kokoh berkat Chris Richards, Lacroix, dan Guehi.
Meski Guehi harus ditarik keluar di menit 61 karena cedera kepala, pertahanan Palace tetap solid.
Munoz juga tampil gemilang musim ini. Bek asal Kolombia itu mencetak enam gol dan tujuh assist di semua kompetisi, menyamai rekor Pedro Porro dari Tottenham sebagai bek paling produktif di Premier League musim ini.
Gol semata wayang di laga final dicetak oleh Eberechi Eze di menit ke-16. Sebuah serangan balik cepat dituntaskan Eze dengan sepakan mulus ke gawang Stefan Ortega. Itu adalah tembakan pertama Palace sekaligus sentuhan pertama mereka di kotak penalti City.
Eze sebelumnya juga jadi penentu di perempat final melawan Fulham dan semifinal melawan Aston Villa. Kini namanya akan abadi dalam sejarah klub.
Sementara itu, Dean Henderson juga tampil sebagai pahlawan. Ia menggagalkan peluang dari Erling Haaland, Josko Gvardiol, Jeremy Doku, dan Claudio Echeverri.
Meski sempat melakukan kesalahan ketika keluar area penalti dan menyentuh bola, VAR menyelamatkan Handerson karena Haaland dianggap tak berada dalam posisi peluang emas.
Penampilan apik Henderson membuat manajer Timnas Inggris Thomas Tuchel, yang hadir langsung di Wembley, semakin tertarik. Para suporter pun meneriakkan “England’s number one!” untuk sang penjaga gawang.
Kemenangan ini terasa manis bagi para pendukung setia Palace. Mereka akhirnya bisa melupakan luka kekalahan di final FA Cup 1990 dan 2016 melawan Manchester United.
Sebelum membawa timnya menjuarai FA Cup, Glasner hanya punya tiga kenangan di Wembley: dua kali menonton laga Timnas Inggris dan satu kali mengantar putrinya nonton konser Taylor Swift. Kini, Wembley menjadi tempat yang akan selalu diingatnya.
Saat ditanya soal potensi menorehkan sejarah sebelum final, Glasner sempat berkata, “Jangan bicara tentang telur sebelum ayamnya bertelur.” Namun, kini telur itu telah bertelur, dan warnanya emas. Sebuah akhir bahagia yang layak dirayakan oleh Oliver Glasner, Crystal Palace, dan seluruh penggemarnya.