Investigasi kecelakaan Air India mengungkap dialog fatal di kokpit. Satu pertanyaan—”Kenapa kamu matikan?”—menjadi pusat misteri pemadaman mesin mendadak.
INDONESIAONLINE – Sebuah pertanyaan singkat namun fatal menggema dari kotak hitam pesawat Air India yang jatuh pada Kamis (12/6/2025) lalu. “Kenapa kamu matikan?”
Pertanyaan itu, yang dilontarkan salah satu pilot kepada rekannya sesaat sebelum tragedi, menjadi titik pusat investigasi salah satu kecelakaan udara paling mematikan dalam sejarah modern India yang merenggut nyawa 241 penumpang dan 19 orang di darat.
Laporan awal setebal 15 halaman dari Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) tidak hanya mengonfirmasi temuan kotak hitam, tetapi juga melukiskan gambaran yang membingungkan dan mengerikan tentang detik-detik terakhir Boeing 787 Dreamliner tersebut.
Investigasi kini berfokus pada anomali di ruang kemudi, mengesampingkan teori awal seperti kegagalan mesin atau tabrakan burung.
Anomali Sakelar Bahan Bakar: Temuan Kunci AAIB
Fokus utama laporan AAIB adalah posisi dua sakelar pasokan bahan bakar. Data dari Perekam Data Penerbangan (FDR) menunjukkan kedua sakelar untuk mesin Engine 1 dan Engine 2 berpindah posisi dari “RUN” ke “CUTOFF” dengan jeda waktu hanya satu detik.
Seperti diketahui, posisi RUN merupakan mode operasi normal yang memungkinkan bahan bakar mengalir ke mesin. Sedangkan untuk posisi CUTOFF merupakan mode darurat yang secara instan menghentikan pasokan bahan bakar, menyebabkan mesin mati.
“Sesaat setelah sakelar berpindah, indikator vital tenaga mesin (N1 dan N2) mulai menurun drastis dari nilai lepas landas,” tulis laporan tersebut.
Memindahkan kedua sakelar ke mode “CUTOFF” secara bersamaan adalah prosedur yang sangat tidak lazim dan biasanya hanya dilakukan dalam skenario ekstrem seperti kebakaran mesin yang tidak terkendali, atau saat pesawat sudah aman terparkir di gerbang bandara.
Laporan AAIB dengan tegas menyatakan, “Tidak ditemukan adanya indikasi situasi darurat yang mengharuskan pemadaman kedua mesin.”
Dua Skenario Mengerikan: Kesalahan atau Kesengajaan?
Temuan ini menyisakan dua kemungkinan yang sama-sama meresahkan. Tim Atkinson, seorang analis penerbangan dan mantan pilot veteran, menjelaskan kepada Sky News bahwa data yang ada mengerucut pada dua skenario.
“Pertama adalah kesalahan manusia yang luar biasa fatal, sebuah tindakan yang tidak disengaja dengan konsekuensi katastropik. Kedua—dan ini sangat sulit untuk diucapkan—adalah tindakan yang disengaja,” ujar Atkinson yang melanjutkan analisis ini berdasarkan data awal, bukan tuduhan.
Paradoksnya, kedua pilot yang bertugas merupakan penerbang sangat berpengalaman. Jika digabungkan, mereka memiliki total 19.000 jam terbang, dengan lebih dari 9.000 jam di antaranya dihabiskan khusus untuk menerbangkan Boeing 787.
Pengalaman ini membuat skenario “kesalahan fatal” menjadi sulit dipercaya, namun skenario lainnya bahkan lebih mengerikan untuk dibayangkan.
Menepis Teori Lain: Mesin Normal, Langit Cerah
Untuk memperkuat fokus investigasi pada faktor manusia di kokpit, AAIB telah menyingkirkan kemungkinan penyebab eksternal lainnya:
Tabrakan Burung (Bird Strike): Tidak ada bukti aktivitas burung di radar atau di sekitar jalur penerbangan pesawat.
Kerusakan Mesin: Analisis awal pada mesin General Electric yang digunakan pesawat tidak menunjukkan adanya kerusakan atau kegagalan mekanis sebelum pasokan bahan bakar dihentikan.
Faktor Eksternal Lain: Tidak ada laporan cuaca buruk atau fenomena lain yang dapat memicu insiden tersebut.
Ironisnya, Boeing 787 Dreamliner dikenal sebagai salah satu pesawat komersial paling modern dengan catatan keselamatan yang solid, dilengkapi sistem otomatisasi canggih untuk mencegah kesalahan manusia.
Meskipun salah satu mesin sempat berhasil dinyalakan kembali, upaya itu sudah terlambat. Pesawat telah kehilangan ketinggian terlalu cepat dan tidak dapat diselamatkan. Beberapa saat sebelum pesawat menghantam area permukiman padat, salah satu pilot sempat mengirimkan panggilan darurat terakhir: “Mayday, mayday, mayday.”
Kini, kotak hitam yang berisi Perekam Suara Kokpit (CVR) dan Perekam Data Penerbangan (FDR) menjadi kunci utama untuk mengungkap kebenaran. AAIB menegaskan bahwa investigasi komprehensif masih berjalan, dengan laporan akhir yang diharapkan rilis dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dunia penerbangan menahan napas, menanti jawaban atas pertanyaan paling krusial: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kokpit hingga mendorong sebuah tindakan yang bertentangan dengan semua protokol keselamatan penerbangan?
Jawaban atas pertanyaan “Kenapa kamu matikan?” akan menentukan warisan tragedi ini.