Lomba Bayi Merangkak di Surabaya: Ada Misi Rahasia Selamatkan Bumi

Lomba Bayi Merangkak di Surabaya: Ada Misi Rahasia Selamatkan Bumi
Lomba bayi merangkak di Surabaya Great Expo 2025 menyimpan misi besar yaitu kampanye global untuk atasi darurat sampah popok, memberdayakan perempuan, dan membawa nama Surabaya ke panggung dunia (jtn/io)

Lomba bayi merangkak di Surabaya Great Expo 2025 ternyata menyimpan misi besar! Temukan bagaimana aksi para balita ini menjadi bagian dari kampanye global untuk atasi darurat sampah popok, memberdayakan perempuan, dan membawa nama Surabaya ke panggung dunia.

INDONESIAONLINE – Riuh tepuk tangan dan tawa gemas membahana di Exhibition Hall Grand City Surabaya. Puluhan balita dengan popok kain warna-warni beradu cepat di lintasan merangkak. Sekilas, ini hanyalah Lomba Baby Race yang menggemaskan, menjadi hiburan manis di tengah perhelatan akbar Surabaya Great Expo (SGE) 2025. Namun, di balik kelucuan itu, tersimpan sebuah gerakan revolusioner yang menempatkan Surabaya di panggung dunia.

Aksi para bayi ini bukan sekadar perlombaan. Mereka adalah duta cilik dalam sebuah misi ambisius yang digagas Pemerintah Kota Surabaya: memerangi “monster” sampah popok sekali pakai yang diam-diam mencemari kota.

Bekerja sama dengan produsen lokal Bumbi, lomba ini menjadi garda depan kampanye masif untuk memopulerkan popok kain pakai ulang (clodi).

Alarm Darurat dari Tumpukan Sampah

Di tengah sorak-sorai penonton, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya, Dedik Irianto, memaparkan gambaran suram yang menjadi latar belakang acara ceria ini.

“Di TPA, sungai, dan TPS, kita temui banyak sekali sampah anorganik berupa popok sekali pakai. Ini masalah serius,” ungkap Dedik dengan nada prihatin.

Tumpukan popok bekas telah menjadi pemandangan yang mengkhawatirkan. Menjawab tantangan ini, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengeluarkan instruksi tegas: kurangi sampah dari sumbernya.

“Target Pak Walikota adalah mengurangi sampah di TPA. Salah satu gerakannya adalah menggunakan popok pakai ulang supaya tidak lagi ada popok sekali pakai yang terbuang,” jelas Dedik.

Gerakan ini tak hanya menawarkan solusi ekologis, tetapi juga ekonomis. Bagi keluarga muda, biaya popok sekali pakai bisa menjadi beban bulanan yang signifikan. Dengan clodi, satu popok bisa dicuci dan dipakai berulang kali, menghemat pengeluaran secara drastis. Kolaborasi strategis dengan Bumbi menjadi kunci untuk memastikan solusi ini mudah diakses dan berkualitas.

Dari Arena Lomba ke Panggung Kompetisi Global

Inisiatif Surabaya ini ternyata bergema jauh melampaui batas kota. Dedik Irianto dengan bangga mengumumkan bahwa kampanye popok pakai ulang ini telah melambungkan nama Surabaya ke kancah internasional sebagai finalis Bloomberg Philanthropies Mayor’s Challenge 2025.

“Alhamdulillah, Surabaya memecahkan rekor! Setelah 6 tahun kompetisi ini berjalan, ini pertama kalinya Indonesia bisa masuk final dan diwakili oleh Kota Surabaya,” ungkapnya.

Surabaya berhasil menyingkirkan ratusan kota lain di dunia dan terpilih sebagai 50 finalis. Ini bukan pencapaian kecil. Dalam dua bulan ke depan, tim gabungan dari DLH, Bappedalitbang, dan Bumbi akan tancap gas melakukan uji coba prototipe untuk mengukur efektivitas kampanye dalam mengubah perilaku warga.

Hasilnya akan menjadi penentu apakah Surabaya akan masuk dalam Top 25 pemenang yang diumumkan pada Januari 2026.

Di balik produk Bumbi, ada cerita yang lebih dalam tentang inovasi dan pemberdayaan. Celia Siura, CEO Bumbi, menegaskan bahwa perusahaannya bukan sekadar pabrik. “Bumbi ini sebenarnya sebuah gerakan. Kami ingin masyarakat bebas sampah popok sekali pakai,” ujarnya.

Yang membuat gerakan ini semakin kuat adalah misinya memberdayakan kaum perempuan dan penyandang disabilitas. “Bumbi ini dibuat oleh perempuan Indonesia dan kaum disabilitas. Kami tidak hanya mau menjaga lingkungan, tetapi juga memberdayakan mereka sehingga bisa mendapatkan pendapatan,” jelas Celia.

Inovasi juga menjadi andalan mereka. Celia mengungkapkan sebuah fakta mengejutkan: “Produk kami satu-satunya di dunia yang pakai katun. Yang lain masih polyester.”

Bahan katun berkualitas tinggi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga terbukti aman bagi kulit bayi. Produk Bumbi telah mengantongi sertifikasi SNI dan teruji klinis mampu mengurangi ruam hingga 90%.

Tak berhenti di popok, Bumbi juga memproduksi pembalut kain ramah lingkungan yang dikerjakan oleh penyandang disabilitas. Sebuah solusi komprehensif untuk ibu dan anak.

Suara Ibu, Suara Bumi

Dampak kampanye ini sudah mulai terasa di tingkat akar rumput. Anisa, warga Kutisari dan pemenang Baby Race, mengaku baru mengenal konsep clodi di acara tersebut. Ia langsung terkesan dan membeli beberapa produk Bumbi.

“Manfaatnya banyak, lebih irit dan ramah lingkungan. Biasanya biaya pampers sekali pakai per bulan itu mahal. Kalau ini bisa dipakai lagi, dicuci, dan dipakai lagi, jauh lebih ekonomis,” tuturnya dengan antusias.

Bagi Anisa dan ribuan ibu lainnya di Surabaya, beralih ke popok kain bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keputusan cerdas. “Lebih baik pakai yang bisa dipakai berkali-kali biar bumi kita semakin terjaga, dan pastinya lebih irit untuk ibu-ibu,” pungkasnya.

Lomba merangkak yang digelar di SGE 2025 telah membuktikan satu hal: langkah-langkah kecil para balita hari ini bisa menjadi lompatan raksasa bagi masa depan lingkungan Surabaya dan dunia (mbm/dnv).