Bali Tersapu Banjir Bandang: Nyawa Melayang

Bali Tersapu Banjir Bandang: Nyawa Melayang
Pulau Dewata Bali terendam banjir dikarenakan hujan deras sejak Selasa malam (9/9/2025). Dilaporkan dua orang tewas dan delapan lainnya masih dalam pencarian karena banjir bandang tersebut (ai/io)

Banjir parah melanda Denpasar, Bali, menewaskan dua orang dan melumpuhkan akses vital. BMKG peringatkan ancaman cuaca ekstrem, soroti kerentanan pulau dewata.

INDONESIAONLINE – Citra Pulau Dewata sebagai surga pariwisata seketika luntur ditelan derasnya arus banjir bandang yang menghantam Denpasar dan sekitarnya pada Rabu pagi (10/9/2025). Hujan lebat tanpa henti sejak Selasa malam (9/9/2025) bukan hanya melumpuhkan akses jalan utama Denpasar–Gianyar, jalur vital yang menghubungkan pusat kota dengan destinasi wisata timur Bali, namun juga menyisakan duka mendalam setelah dua nyawa melayang dan delapan lainnya masih dalam pencarian.

Tragedi ini menjadi peringatan keras akan kerentanan Bali terhadap ancaman bencana hidrometeorologi di tengah pola cuaca yang kian ekstrem.

Duka di Tengah Genangan: Korban dan Pencarian yang Belum Usai

Kondisi pagi yang seharusnya tenang berubah mencekam. Sungai-sungai meluap, jalanan berubah menjadi aliran deras, menyeret apa pun yang dilaluinya. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, I Nyoman Sidakarya, mengungkapkan total 9 orang dilaporkan terseret arus, dengan 7 di antaranya di seputaran Denpasar dan 2 di Kabupaten Jembrana.

Kapolresta Denpasar, melalui Kasi Humas AKP I Ketut Sukadi, mengonfirmasi adanya korban tewas. Dua identitas telah terungkap: N (48), seorang perempuan asal Lombok Barat, NTB, yang tinggal di Jalan Sulawesi, Desa Dauh Puri Kangin, Denpasar Barat, ditemukan tak bernyawa di DAM Tanah Kilap, Denpasar Selatan.

Korban kedua adalah K (56), seorang ibu rumah tangga dari Banjar Tengah Serangan, Denpasar, yang jasadnya ditemukan di aliran Sungai Taman Pancing, Denpasar Selatan.

Lebih tragis, tim SAR juga menemukan seorang korban tanpa identitas (Mrs X) yang hanyut di Sungai Taman Pancing Timur, Denpasar Selatan. Jenazah Mrs X telah dievakuasi ke RSUP Prof. Ngoerah, Denpasar.

“Diduga korban meninggal dunia karena terbawa arus deras sungai,” tambah Sukadi, menggarisbawahi kekuatan alam yang merenggut nyawa.

Di tengah kabar duka, harapan masih menyala. Lima orang lainnya berhasil ditemukan selamat. Namun, delapan orang masih dinyatakan hilang, memicu operasi pencarian besar-besaran yang melibatkan berbagai unsur, dari tim SAR, kepolisian, TNI, hingga masyarakat setempat. Setiap jam yang berlalu adalah perlombaan melawan waktu.

Peringatan BMKG: Pola Cuaca Ekstrem yang Kian Nyata

Banjir Denpasar ini bukan hanya insiden lokal, melainkan bagian dari pola cuaca ekstrem yang telah diprediksi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi peningkatan curah hujan lebat yang berlanjut hingga 15 September 2025, mencakup sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Menurut BMKG, fenomena ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor kompleks:

  • Dipole Mode Index (DMI) negatif: Memperkuat aktivitas konvektif (pembentukan awan hujan) di Indonesia bagian barat.

  • Gelombang atmosfer Rossby, Kelvin, dan Madden Julian Oscillation (MJO): Ketiganya masih aktif, membawa massa uap air dan memicu pembentukan awan hujan intensif.

  • Sirkulasi siklonik: Terjadi di Samudra Hindia barat Sumatra dan Selat Makassar, menciptakan daerah konvergensi dan konfluensi angin yang mengumpul dan mengangkat uap air ke atmosfer.

  • Nilai Outgoing Longwave Radiation (OLR) negatif: Menandakan pertumbuhan awan hujan yang masif dan vertikal.

“Berdasarkan kondisi ini, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, tanah longsor, genangan air, serta gangguan transportasi,” tegas BMKG dalam keterangan resminya.

Tren Peningkatan Bencana Hidrometeorologi: Data dan Ancaman Masa Depan

Insiden banjir di Denpasar ini semakin memperkuat data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang secara konsisten menunjukkan tren peningkatan frekuensi dan dampak bencana hidrometeorologi di Indonesia dalam dekade terakhir.

Menurut laporan BNPB, banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung menjadi jenis bencana paling sering terjadi. Pada tahun 2023 saja, BNPB mencatat 4.945 kejadian bencana alam di Indonesia, dengan 85% di antaranya adalah bencana hidrometeorologi. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, mengindikasikan perubahan pola iklim yang nyata.

Para pakar iklim dari berbagai lembaga, termasuk Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, seringkali menyoroti bahwa intensitas hujan ekstrem seperti ini sejalan dengan proyeksi perubahan iklim global. Peningkatan suhu permukaan laut berkontribusi pada lebih banyak penguapan, yang kemudian memicu hujan yang lebih lebat dan tidak terduga, terutama di wilayah pesisir dan dataran rendah seperti Denpasar.

Kawasan Denpasar, dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan laju pembangunan infrastruktur yang pesat, semakin rentan terhadap genangan air dan banjir bandang. Sistem drainase yang belum sepenuhnya memadai untuk menampung volume air ekstrem, ditambah dengan alih fungsi lahan dan minimnya area resapan, kerap menjadi faktor pendorong dampak bencana.

Daerah Siaga dan Imbauan Mitigasi Dini

BMKG juga memetakan wilayah lain yang berpotensi dilanda hujan sedang–lebat:

  • Periode 9–11 September 2025: Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat (berpotensi angin kencang), Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Pegunungan.

  • Periode 12–15 September 2025: Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan. Angin kencang masih berpotensi di Jawa Barat.

Melihat kondisi ini, BMKG mengingatkan masyarakat untuk:

  • Memastikan saluran drainase di lingkungan masing-masing tidak tersumbat.

  • Memantau informasi cuaca resmi dan terkini dari BMKG melalui berbagai kanal.

  • Menyesuaikan aktivitas harian dengan prakiraan cuaca yang dikeluarkan.

  • Nelayan dan pelaku usaha kelautan agar memperhatikan potensi gelombang tinggi serta angin kencang di perairan.

Banjir besar di Denpasar adalah pengingat pahit akan kekuatan alam yang tidak dapat diremehkan. Dengan adanya peringatan cuaca ekstrem ini dan tren peningkatan bencana hidrometeorologi, BMKG menekankan pentingnya mitigasi dini dan kesadaran kolektif untuk mengurangi dampak bencana.

Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan demi menjaga keselamatan jiwa dan keberlanjutan berbagai daerah yang kita cintai (ina/dnv).