INDONESIAONLINE – Tim Pengabdian Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Malang (FK UM) melaksanakan kegiatan pengabdian bertajuk “Generasi Muda Siaga”.
Kegiatan pengabdian ini dipimpin oleh dr Andrew Halim SpTHTBK FICS sebagai ketua. Dokter Andrew didampingi anggota dr Rohmatul Asiyah SKed MBiomed SpKj, dr Tisnalia Merdya Andyastanti MKes, dr Matius Dimas Reza Dana Ismaya, dan dr Didiek Darmadi TS SpB, serta sejumlah mahasiswa kedokteran.
Program ini dilaksanakan di MI Wahid Hasyim III Dau, Kabupaten Malang, dan ditujukan bagi siswa kelas 4–5. Tujuannya, membekali mereka keterampilan dasar pertolongan pertama (first aid) secara sederhana, menyenangkan, dan sesuai tahap perkembangan usia.
Menurut dr Andrew Halim, pengetahuan tentang kegawatdaruratan sering dianggap rumit dan hanya bisa dipelajari di tingkat lanjut. Padahal, dasarnya dapat dikenalkan sejak usia sekolah dasar.

“Pengetahuan kegawatdaruratan sering dianggap rumit, padahal dasar-dasarnya bisa dikenalkan sejak usia sekolah dasar. Bekal ini dapat menumbuhkan sikap tanggap, peduli, dan tidak panik saat menghadapi kondisi darurat ringan di lingkungan mereka,” ujarnya.
Belajar Menyenangkan dengan Multimedia Interaktif dan Hands On dengan Manekin
Pelatihan ini diawali dengan sesi penyampaian materi melalui berbagai media interaktif seperti presentasi PowerPoint, video edukatif, modul cetak, dan platform kuis online seperti Kahoot. Metode ini menciptakan suasana belajar yang aktif dan partisipatif. Para siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan, tetapi juga berdiskusi dan menjawab pertanyaan secara langsung sehingga konsep keselamatan diri lebih mudah dipahami dan diingat.
“Kami ingin menciptakan pengalaman belajar yang aktif, relevan, dan membekas bagi anak-anak,” tambah dr Andrew Halim.

Dengan pendekatan ini, pesan keselamatan diri yang disampaikan menjadi lebih menarik bagi siswa sekolah dasar.
Setelah sesi teori, para siswa diajak mengikuti simulasi pertolongan pertama secara langsung menggunakan manekin. Dalam sesi ini, mereka mempraktikkan penanganan kasus darurat ringan seperti mimisan, luka gores, dan tersedak. Semua skenario disusun secara sederhana, efektif, dan sesuai usia peserta sehingga mereka dapat langsung mempraktikkan keterampilan dasar yang dipelajari.
Dokter Andrew Halim menegaskan bahwa salah satu pesan penting dari pelatihan ini adalah agar anak-anak tanggap dan peka terhadap situasi kegawatan di sekitarnya serta segera melaporkan atau meminta bantuan kepada orang tua, guru, atau orang dewasa terdekat. Dengan begitu, pertolongan pertama dapat segera dilakukan secara tepat oleh orang dewasa yang memiliki kemampuan lebih memadai.
“Pendekatan hands-on ini penting agar anak tidak hanya tahu, tetapi juga mampu menolong,” jelasnya.
Menurut dia, pengalaman langsung ini akan membentuk keberanian, empati, sekaligus kesadaran untuk segera mencari bantuan saat terjadi kegawatan.
Kepala MI Wahid Hasyim III Dau Hj Maslikhah MPdI, dalam kesempatan yang sama, turut menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan kegiatan ini. “Kami menyambut baik kerja sama dengan FK UM karena kegiatan semacam ini sangat bermanfaat untuk membentuk kepedulian dan kesiapsiagaan siswa kami,” ujarnya.

Kegiatan ini tidak hanya relevan secara akademik, tetapi juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) ke-3 tentang good health and well-being serta SDG ke-4 tentang quality education. Program ini sekaligus mendukung capaian kurikulum Blok Kesehatan Anak dan Blok Kegawatdaruratan & Mediko-legal di FK UM sehingga mahasiswa kedokteran dapat mempraktikkan ilmu mereka sekaligus mengabdi kepada masyarakat.
Melalui kegiatan Generasi Muda Siaga ini, FK UM menegaskan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya urusan tenaga kesehatan, tetapi tanggung jawab bersama sejak usia dini untuk membentuk generasi muda yang sehat, sigap, dan peduli sesama. (rds/hel)